MUHAMMAD ALI SANG ULAMA TINJU DUNIA
Saya baru sempat menulis tentang Muhammad Ali, setelah hari minggu kemaren warga facebook kembali mengelu2kan namanya.
Ayah saya suka tinju, dia memuja Muhammad Ali dan membenci Mike Tyson. Baginya Ali adalah petarung yg menghibur, sementara Tyson cuma bisa ngamuk tak punya daya hibur selayaknya Ali.
Karena ayah, saya jadi kenal Muhammad Ali.
Sang mulut besar, dari Ali saya belajar. Hingga sekarang bahkan. Muhammad Ali menjatuhkan mental lawan sebelum pertandingan, dan saatnya 'perang' ia tidak berkelahi, ia menari.
Pertandingan Ali ditunggu satu penjuru dunia, tdk ada petinju satupun sampai kiamat yg bisa memenuhi satu stadion, bukan lagi cuma gedung tertutup, selayaknya Ali. Di tangan si cangkeman ini, tinju lebih dari sekedar tinju, terlebih ketika ia masuk islam.
Untunglah Muhammad Ali tak ikut madzhab islam tegang, dengan santai ia menemui banyak ulama berbagai madzha dunia, termasuk syiah Iran. Puncaknya ketika Ali menolak wajib militer, saat Amerika di awal hendak menginvansi seluruh dunia.
"Agama saya cinta damai, dan agama saya menolak perang tanpa alasan yang kuat, kita tidak sedang terancam, justru kita yg saat ini mengancam,,"
Demikian pledoinya. Dan hukuman diberikan negara padanya. Ali menerima itu, drpd harus berangkat angkat senjata membunuh manusia tanpa dosa.
Di ring tinju sendiri, berbeda dengan Tyson, Ali bukan tukang pukul yg bernafsu segera membuat lawannya segera mampus. Ia bertarung dengan lama, lebih dr 12 ronde, mengulur sampai lawannya puas menggebukinya. Karena kebaikannya itulah ia menderita parkinson, penyakit yg setia menemani masa pensiunnya, hingga merenggut nyawanya.
Ali besar mulut, besar pula bukti tindakannya. Bagi saya, beliau adalah ulama besar yg berdakwah di dalam ring, tidak hanya bertinju ria.
Tanpa Ali, dunia tinju tidaklah jadi apa2, cuma jd arena orang saling pukul, saling gebuk, tak ada nilai dan filosofi yg bisa digali.
Ali tidak mati, legenda selalu hidup di setiap di setia masa.
Selamat menari dengan para malaikat wahai inspirator zaman.
***
By. Ali Antoni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar