Minggu, 26 November 2017

SANGGAR ANAK ALAM (TOTO RAHARJO)

Pak Tukirin

SANGGAR ANAK ALAM  • 
25 November 2017 Sanggar Anak Alam

“Goudland, tanah emas, surga buat kaum kapitalis. Tetapi tanah keringat air mata maut, neraka buat kaum proletar…di sana berlaku pertentangan yang tajam antara modal dan tenaga, serta antara penjajah dan terjajah.” (Tan Malaka, Dari Penjara ke Penjara, Jilid I)

Indonesia Visual Art Archive
Petani merupakan soko guru kehidupan. Tanpa petani seorang presiden sekalipun tidak dapat hidup. Karena semua makanan yang tersaji di meja makan seperti nasi, sayur, tempe, tahu, sampai singkong semua berawal dari keringat petani. Petani merupakan manusia-manusia mulia yang hidup di muka bumi ini. Satu sisi ia bisa hidup mandiri, sisi lain dia juga menghidupi orang lain dengan hasil pertaniannya.

Namun demikian, kematian Salim Kancil seorang petani dari Lumajang, tersingkirnya petani Urutsewu, Kendeng, Batang dari tanahnya, dll,  memberikan isyarat bagi kita bahwa nasib petani kini terancam nasib dan kesejahteraannya. Belum lagi kasus di Kulon Progo, Kendal, Demak, Banyuwangi, dan ratusan tempat lainnya di Indonesia membuat hati kita semakin pilu. Petani adalah produsen pangan, namun merupakan kelompok termiskin di Indonesia, tanpa perlindungan ekonomi dan sosial yang memadahi. Lalu di mana berada penghormatan kepada petani?.

Sudah jelas nasib petani sangat kontras dengan jasanya menghidupi negeri. Sejak era konolial sampai reformasi petani selalu dirundung duka. Masa penjajahan Belanda yang panjang dan sangat melelahkan telah membuat petani menjadi profesi yang dijauhi orang. Padahal penjajah dan pembesar pribumi sekalipun hidup dan bisa makan dari petani. Narasi menyedihkan petani era kolonial bermula  saat VOC mengklaim atas hasil tanah, pengerahan tenaga kerja, dan pengumpulan pajak. Ini merupakan keberhasilan VOC dalam menancapkan panji-panji kolonialisme dan imperialisme di Hindia pada saat itu. Rakyat dipaksa menanam tanaman ekspor dengan pemaksaan dan kekerasan. Harga diri rakyat tentu saja telah terinjak habis.

Pada masa Daendels (1800-1811) tanah di Jawa dibangun untuk Jalan Raya Pos (Grote Postweg). Jalan ini berfungsi untuk menghubungkan pedalaman dengan kota-kota, memperlancar pengiriman produksi dari pedesaan ke kota untuk kemudian dikapalkan ke negeri atas angin. Pembangunan jalan ini bukan untuk memberikan infratruktur bagi rakyat, namun untuk memperlancar distribusi pertanian kolonial. Pembangunan jalan 1.000 km itu memakan banyak korban jiwa, konon hingga 12.000 pekerja. Akibat lain, negara kolonial kekurangan uang untuk mendanai pembangunan itu, sehingga menjual tanah pesisir pantai utara kepada pihak partikelir (Lutfhi, 2010: 3). Semakin menipislah harapan rakyat untuk menggarap lahan secara berdaulat.

Ketika Raffles berkuasa pada 1811-1815, ia memberlakukan penguasaan tanah dengan teori domein, yaitu penguasaan tanah oleh negara. Akibatnya jika ada petani yang ingin menggarap tanah maka ia diharuskan untuk membayar sejumlah uang sebagai ongkos sewa kapada negara sebagai pemilik tanah, biaya ini sebagai pembayaran pajak atas tanah. Bisa kita bayangkan, tanah yang dulunya merupakan  warisan nenek moyang para petani ditarik ongkos sewanya oleh pemerintahan Raffles.

Lain lagi pada masa Tanam Paksa (Cultuurstelsel, 1830-1870), petani dipaksa menanam tanaman ekspor di sekian  luas tanah mereka sendiri yang hasilnya diserahkan kepada pemerintah dengan harga yang telah ditentukan. Pemerintah kolonial berhasil untung besar pada saat itu, namun di pihak rakyat sepanjang 1830-1840 mengalami kelaparan parah, bukan karena kelangkaan beras namun akibat keserakahan dan permainan harga antara elite lokal dengan pedagang Cina. Pada 1844 terjadi gagal panen besar-besaran di Cirebon. Wabah penyakit tipus menyerang para petani dan rakyat kecil pada tahun 1846-1850. Sekitar 1849-1850 juga terjadi kelaparan di Jawa Tengah (Lutfhi, 2010: 5). Tanam Paksa telah memberikan kekayaan bagi Belanda, namun memberikan kesengsaraan bagi petani dan rakyat kecil.

Pada tahun 1870 mulai diberlakukan Agrarische Wet atau Undang-undang Agraria 1870 demi kepentingan kapital kolonial. Dalam peraturan tersebut menyatakan bahwa semua tanah (termasuk yang di luar Jawa) yang tidak diklaim sebagai hak milik, (termasuk hutan) maka menjadi domain negara. Undang-undang ini secara nyata membuka pintu masuk bagi perusahaan-perusahaan swasta menguasai ratusan hektar tanah dan menciptakan kondisi bagi akumulasi kapital dengan cara merongrong kontrol masyarakat atas sumber produksi. Meskipun juga masyarakat pribumi memiliki kepastian kepemilikan atas tanah, namun kebijakan itu membuka peluang investasi modal asing di perkebunan swasta. Pada masa ini petani menerima panghasilan dari biaya sewa perusahaan atas tanah mereka, sekaligus menjual tenaga kerjanya sebagai tenaga buruh perkebunan. Pada periode ini petani untuk pertama kalinya berubah status menjadi buruh perkebunan atas tanah mereka sendiri.

Banyak aksi pemogokan kerja di perkebunan akibat pemerintah kolonial memberikan biaya sewa tanah yang rendah. Padahal sebelumnya represi banyak dilakukan oleh pemerintah kolonial untuk memaksa para petani menyewakan tanahnya. Kondisi yang demikian ini membuat petani di Tegalgondo, Klaten, Surakarta, pada 1919 melakukan aksi mogok kerja. Dalam situasi ini ada juga orang yang bertindak bodoh. Para sultan di Pantai Timur Sumatera mengobral tanah dalam jumlah ratusan ribu hektar kepada perusahaan perkebunan besar di Sumatera Timur pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Para sultan tidak lagi mengingat rakyatnya yang kekurangan tanah. Situasi ini membuat konflik yang berkepanjangan karena hampir seluruh tanah dipergunakan untuk tanaman ekspor, sedangkan untuk makan harus ekspor dari Burma dan Siam.

Indonesia merdeka 17 Agustus 1945. UU Agraria 1870 diberhentikan  praktiknya pada 1945 pasca proklamasi kemerdekaan. Rakyat sendiri menginginkan pembagian tanah secara rata atau landreform. Gayung bersambut, Presiden Soekarno menyadari betapa pentingnya nasib kaum tani sebagai moda revolusi sosial di Indoensia. Oleh sebab itu Presiden Soekarno membentuk tim agraria untuk merumuskan suatu undang-undang tentang agraria sehingga mampu menjembatani masyarakat Indonesia yang adil, makmur dan sejahtera. Undang-undang No.5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (UUPA) merupakan bentuk konkret keberpihakan Presiden Soekarno terhadap nasib kaum tani di Indonesia. Ia sadar bahwa kedaulatan petani dipengaruhi kepemilikan atas tanah.

Nafas kegembiraan petani akibat landreform ternyata tidak berumur panjang. Akibat situasi politik yang panas saat itu meletuslah G30S membuat Soekarno lengser digantikan Soeharto dengan Orde Baru-nya. Meskipun UUPA 1960 masih berlaku, tetapi rezim Orde Baru yang tumbuh atas dasar modal multinasional menerbitkan Undang-undang Penanaman Modal Asing (UUPMA) No.1 tahun 1967. Sejak saat itu, kedaulatan petani atas tanahnya tidak jelas juntrung rimbanya. Lambat laun UUPA dan landreform secara sitematis disingkirkan oleh rezim Orde Baru, paling tidak sejak 1967 dengan dikeluarkannya Undang-undang Penanaman Modal Asing (UUPMA) maka UUPA terkunci masuk dalam peti es.

Landreform yang semula merupakan agenda bangsa telah distigmaisasi  sebagai produk PKI dan perlu diberhentikan. Akibatnya sejumlah tuan tanah mencoba mendapatkan tanahnya kembali. Mereka bahkan mendapatkan dukungan langsung dari militer dan otoritas lokal. Maka selama 1966 sampai 1967 sekitar 150.000 Ha tanah diperkirakan secara tidak sah jatuh ke tangan pemilik sebelumnya atau jatuh ke tangan orang ke tiga, dalam banyak kasus adalah militer. Juga banyak kasus tanah tetap tidak tergarap ditinggal terlantar setelah pemilik baru dibunuh.

Revolusi Hijau

Revolusi Hijau yang merupakan produk kapitalistik menjadi mercusuar bagi pemerintahan Orde Baru. mereka menggenjot produksi tanpa pembenahan terlebih dahulu ketimpangan penguasaan tanah. Praktik pertanian menggambarkan jiwa kapitalistik yang bermesraan dengan pemilik modal tanpa memperdulikan kondisi sosio-kultural di masyarakat.  Dalam Revolusi Hijau benih padi unggulan diimpor dari Filipina dan pengucuran kredit untuk petani diserahkan kepada perusahaan asing. Mereka perusahaan asing menciptakan benih, pupuk, traktor, sampai virus demi keuntungan kapital.

Revolusi Hijau sebagai praktik pembangunan sepenuhnya menganut ideologi maskulinitas. Program yang berawal dari Amerika Serikat ini diperkenalkan ke Dunia Ketiga sebagai salah satu pelaksanaan teknis modernisasi. Revolusi hijau tidaklah sekedar model pertanian, melainkan strategi perubahan melawan paradigma tradisionalisme yang selaras dengan alam.  Akibatnya, petani yang sudah beribu-ribu tahun memproduksi, menseleksi, menyimpan dan menanam kembali bibit mereka tergusur. Bibit menjadi barang dagangan dan hak milik swasta. Revolusi Hijau telah memindahkan kendali atas sumber daya tanaman dari tangan petani ke tangan perusahaan bibit multinasional dan badan penelitian raksasa seperti CIMMYT dan IRRI (Morgan dalam Faqih, 1997). Sehingga bukan soal kepemilikan tanah saja petani akan kehilangan kedaulatannya, namun agroindustri akibat Revolusi Hijau juga membuat petani kehilangan kedaulatannya atas bibit, pupuk, luku, dll.

Pada tahun 1973-1974 terjadi sengketa di Jawa dan Sumatera. Sengketa tersebut berawal dari penduduk desa yang tidak mempunyai pekerjaan dan tanah di desa, karena Revolusi Hijau dengan teknologi baru membuat mereka menganggur. Mereka mencari nafkah di hutan dan pada saat yang sama masuk perusahaan umum Perhutani Unit III Jawa Barat Banten yang mengelola kawasan. Pihak perhutani memungut berbagai macam pajak kepada penduduk yang memasuki wilayah hutan. Kasus ini cukup membuktikan bahwa petani yang seharusnya memiliki hak atas tanah sesuai dengan amanat UUPA 1960 telah dikhianati.

Berdirinya Orde Baru disesuaikan dengan dekte modal multinasional, akibatnya model pembangunannya penuh dengan saran dari lembaga multinasional tersebut. Seperti dalam kasus proyek Kedung Ombo, Bank Dunia memiliki peranan penting. Akibatnya pembangunan itu banyak menggusur ribuan petani dan puluhan desa. Padahal setelah Orde Baru tumbang waduk itu tidak lagi terurus dan lambat laun mengering. Ini meperlihatkan tanah tidak hanya menjadi komoditas, tetapi menjadi wilayah yang asing bagi penggarap dan petani. Pengetahuan lokal petani dicampakan, diganti dengan pengetahuan reproduksi kapital yang memperlakukan tanah dan air sebagai komoditas.

Bahkan sampai masa Reformasi sekalipun sebaran kasus agraria yang melibatkan jutaan petani di Indonesia tetaplah ada. Rincianya sebagai berikut: Pulau Sumatera terdapat 552 kasus; Jawa ada 991 kasus; Kalimantan 102 kasus; Sulawesi 149 kasus; Bali dan Nusa Tenggara 90 kasus; Maluku 6 kasus; dan Papua 28 kasus. Sedangkan kekerasan  yang melibatkan aparat kepolisian, TNI, maupun perusahaan terhadap petani yang terjadi dalam kurun 2005-2007 terdapat 9 kasus yang tersebar di seluruh Indonesia. Kemudian ada 13 kasus kriminalisasi yang menimpa petani dari kurun waktu 2004-2010 (Sajogyo Institute, 2010). Belum lagi kasus-kasus yang belum tercatat seperti yang terjadi di Blora konflik antara petani dan Pihak Perhutani yang mengakibatkan puluhan petani meninggal dunia.

Ada juga kriminalisasi yang dilakukan oleh perusahaan terhadap petani lantaran petani tidak menggunakan bibit yang sudah disediakan oleh perusahaan. Petani mencoba mengembangkan bibit yang mereka ciptakan sendiri sehingga membuat perusahaan naik pitam dengan alasan hak cipta. Seperti yang terjadi di Magetan pada tahun 2004-2007 terjadi kriminalisasi yang dilakukan oleh PT. BISI terhadap petani di sana dan di Pekalongan dilakukan oleh PTPN IX. Inilah bentuk kedaulatan petani semakin terdegradasi dari tahun ke tahun meskipun bangsa Indonesia telah merdeka namun cengkraman modal yang mencekik petani belumlah lepas bahkan semakin kuat.

Ada juga kriminalisasi yang terjadi beberapa bulan yang lalu. Di Kendal akibat konflik lahan tukar guling yang dilakukan oleh PT.Semen Indonesia kepada perhutani ternyata memakan tanah negara yang sudah sejak lama digarap oleh warga di Desa Surokonto Wetan, Kec. Pageruyung, Kab. Kendal. Padahal tanah negara tidak boleh dijadikan tukar guling ataupun diperjualbelikan. Petani melawannya. Akibatnya Nur Aziz yang memimpin perlawanan petani terhadap perhutani dipanggil pihak kepolisian dan dikriminalisasi. Rumahnya sering didatangi intel dan warga sekitar mulai resah. Puncaknya ketika ratusan Brimob yang diterjunkan langsung untuk mengamankan prosesi penanaman pohon simbolik yang dilakukan oleh Perhutani, Pemerintah, Kab. Kendal dan PT. Semen Indonesia. Dalam pidatonya, Bupati Kendal memberikan analogi yang intinya rakyat Surokonto Wetan telah menyerobot tanah haram. Meskipun demikian warga tetap solid untuk bersolidaritas demi tanah yang sejak ratusan tahun digarap oleh nenek moyangnya dulu.

Belum lagi akhir-akhir ini banyak petani menyatakan berperang terhadap perusahaan semen yang akan mendirikan pabrik di wilayah pertanian aktif. Di Rembang ada PT. Semen Indonesia, di Pati ada PT. Sahabat Mulia Sakti (anak perusahaan Indocement), di Gombong ada PT. Semen Gombong, dan masih banyak lagi. Padahal pasokan semen di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami surplus, itu artinya mereka ingin menjangkau pangsa ekspor. Padahal rakyat membutuhkan pasokan pangan untuk memenuhi kebutuhannya. Ini mengingatkan kita pada kebijakan tanam paksa yang dilakukan oleh pemerintah kolonial yang membiarkan rakyat miskin kelaparan sedangkan pejabat kolonial mendapatkan untung dari ekspor produk-produk pertanian. Pemerintah yang seharusnya melindungi tanah produktif petani malah menjualnya kepada pemilik modal. Pemerintah lebih memilih pertambangan yang bersifat sementara dibandingkan dengan pertanian yang mampu menghidupi seluruh orang di dunia sejak jaman purba sampai sekarang.

Kematian Salim Kancil pada pertengahan 2015, pembangunan PLTU Batang, konflik penyerobotan lahan oleh TNI di Urutsewu, konflik Pabrik Semen, pembangunan bandara di Kulon Progo, Tembang pasir besi di Lumajang dan Banyuwangi, nasib ribuan petani Jambi yang long march ke Jakarta menuntut keadilan dan ratusan kasus-kasus agraria lainnya yang melibatkan petani sebagai korban telah menjadi bukti nyata bahwa nasib petani di Indonesia telah terdegradasi. Sudah saatnya revolusi agraria diberlakukan di Indonesia, tinggal menunggu kapan waktunya, yang pasti rakyat telah lelah dengan janji manis obralan para calon pemimpi(n) yang tak kunjung terealisasi. Seperti kata Tan Malaka “Indonesia adalah tanah emas” memiliki iklim, air, dan tekstur tanah yang sangat bagus untuk pertanian, namun mengapa nasib petani Indonesia sungguh merana?

Untuk Siapa Mereka Bertani?

Produksi tiga komoditi pangan menngisyaratkan adanya perbedaan pola produksi masing-masing komoditi, yakni: padi, jagung dan kedelai. Pada komoditi padi tampak kenaikan produksi diiringi kecenderungan luas panen yang sama. Dengan kata lain, perkembangan produksi padi relatif tak mengalami perubahan teknologi yang berarti.

Kebun Jagung Baityra.com
Berbeda dengan padi, pada perkembangan produksi jagung terlihat perubahan teknik yang sangat signifikan. Tahap pertama terjadi setelah tahun 2007 dimana kenaikan produksi diikuti kecenderungan luas panen yang lebih rendah dengan periode sebelumnya. Perubahan tahap kedua terjadi setelah tahun 2010. Kenaikan produksi relatif tidak diikuti dengan kecenderungan pertambahan luas panen. Begitu juga dengan komoditi kedelai, perubahan teknik yang berarti terjadi setelah tahun 2010.

Sepintas perubahan tersebut menunjukkan lonjakan produktifitas yang fantastis. Apakah hal ini berita gembira untuk swasembada pangan? Dari sisi produksi lonjakan produktifitas ini mencerminkan keberhasilan intensifikasi pertanian. Proses produksi menjadi tidak lapar lahan. Bagaimana fenomena produktifitas fantastis ini bisa terjadi pada komoditi jagung dan kedelai?

Pada tahun 2007 Undang-Undang Penanaman Modal baru disahkan, dan asing diperbolehkan melakukan investasi hingga 95 persen di sektor pertanian. Perusahaan multi nasional, seperti Monsanto, Cargill, BASF dan lainnya semakin mendapatkan peluang untuk menguasai pasar Indonesia. Menghadapi situasi tersebut Undang-Undang No. 13 tahun 2010 tentang Holtikultura kemudian disahkan dan investasi asing di sektor benih dibatasi maksimum 30%.

Tak puas dengan regulasi tersebut, uji materi oleh asosiasi perusahaan benih diajukan ke Mahkamah Konstitusi. Namun Mahkamah menolak permohonan mereka dan berpendapat bahwa benih sebagai salah satu cabang produksi yang penting bagi hajat hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara.

Ironisnya, sebelum mengakhiri masa Jabatan, Presiden SBY menerbitkan Perpres No. 39/2014 yang memperluas peluang dominasi investasi asing di sektor benih. Perpres ini mengatur bahwa kepemilikan modal asing maksimal 95 persen, untuk usaha industri perbenihan perkebunan dengan luas 25 Ha dengan perizinan khusus.

Meski produktifitas meningkat, petani mulai bergantung pada benih tersebut. Para petani Indonesia yang umumnya berlahan terbatas dan tak terorganisir tetap menjadi korban di jaringan distribusi yang telah dikuasai oleh para tengkulak dan Industri pemanfaat hasil pertanian mereka dan kartel benih hybrida dan benih hasil rekayasa genetik. Kenaikan produktifitas tak bertahan lama menguntungkan petani, karena harga benih secara pasti merambat naik.

Kembalinya Rezim Tanam Paksa

Dominasi perusahaan multinasional dalam pasar benih telah menjadi sorotan dunia. Keuntungan mereka berlipat ganda meski di berbagai wilayah terjadi krisis pangan. Tak cukup sampai di situ, perilaku mereka juga kerap menuai kecaman. Monsanto misalnya, terkena sanksi oleh Pemerintah Amerika Serikat karena terbukti melakukan praktik suap terhadap pejabat pemerintah Indonesia dalam penanaman kapas transgenik pada tahun 1997-2003.

Di Indonesia, Monsanto dan Cargill telah bekerja sama dengan BRI untuk mempromosikan penggunaan bibit rekayasa genetik mereka ke para petani Indonesia. Kegiatan ini patut dipantau oleh publik, karena jika diperluas kekuatan mereka semakin tak terpatahkan. BRI sebagai bank milik negara yang telah memiliki sejarah panjang untuk melayani masyarakat akar rumput akan menjadi sumber pembiayaan yang sangat menguntungkan mereka.

Pada tahun 2010 beberapa Petani di Kediri terpaksa harus ditahan oleh Polisi atas dugaan melanggar perlindungan hak kekayaan intelektual yang dimiliki oleh perusahaan multinasional ini. Mereka berhasil memuliakan benih jagung yang mereka beli. Petani ditahan dengan tuduhan melanggar Undang-Undang Sistem Budaya Tanam (UU SBT) yang mensyarakatkan penjualan benih bersertifikat. Tak ada perlindungan dari Pemerintah terhadap para petani polos ini. Melalui uji materi ke Mahkamah Konstitusi, akhirnya pasal 5, 6, 9 dan 12 pada UU SBT dibatalkan karena dinyatakan bertentangan dengan Konstitusi.

Pengalaman yang mirip pada tahun 1999 pernah dialami oleh Vernon Hugh Bowman, petani kedelai berusia 78 tahun di Indiana Amerika Serikat. Bowman dituntut membayar ganti rugi USD 85.000 kepada Monsanto karena menggunakan benih generasi kedua dari benih milik Monsanto yang dimodifikasi secara genetik. Monsanto mengembangkan benih terminator, yakni benih yang hanya bisa ditanam satu kali agar petani tak dapat menyimpan dan menggunakan untuk penanaman berikutnya.

Kehadiran perusahaan-perusahaan multinasional yang dilindungi oleh rezim hak cipta dan terkadang didukung oleh institusi pembiayaan lokal telah memerangkap petani ke dalam rezim tanam paksa baru. Tulisan ini hanya bermaksud untuk mengingatkan kembali mengenai kritik yang juga sudah diungkapkan oleh banyak pihak. Jika kita tak melakukan perubahan kebijakan secara fundamental, rezim pengusung kedaulatan pangan sesungguhnya tengah memelihara kelangsungan transformasi politik imperatif tanam paksa era pemerintahan kolonial melalui kekuatan modal dan penguasa pasar. Swasembada pangan boleh jadi tercapai, tapi tanpa kedaulatan petani.

Pak Tukirin

Kisah ini ini mengingatkan peristiwa pada tahun sekitar 2000-an, betapapun peristiwa ini sudah dianggap selesai—namun peristiwa ini cukup penting—dapat  menjadi pelajaran kita semua. Betapapun urusan mengkoyak-koyak kedaulatan petani masih terus berlanjut bahkan hingga detik ini. Peristiwa Pak Tukirin merupaklan contoh nyata—catatan peringatan worning bahwa nasib petani masih terancam dari zaman ke zaman, dari rezim ke rezim.

Persoalan Pak Tukirin Karena Jagung
etika ia sedang sholat Jumat, tiba-tiba istrinya ibu Aminah datang menjemputnya ke masjid mengatakan ada polisi dan dua orang dari PT BISI sedang mencarinya. Padahal Pak Tukirin seumur hidupnya tak pernah berurusan dengan aparat hukum. Maka rasa khawatir semakin menambah ketakutannya

Saat ia masuk rumah ia mendapati orang-orang tersebut, bersama dua batang tanaman jagung jantan dan betina yang telah diambil dari ladangnya sebagai barang bukti.
Segera tahu masalahnya, bahwa Pak Tukirin dituduh mencuri induk benih yang berasal dari PT BISI. Pak Tukirin jelas membela diri, karena memang sama sekali tidak merasa mencuri apapun dari PT BISI. Bahkan, ia tidak tahu di mana sebenarnya pabrik PT BISI berada. Namun sangkalannya sia-sia.

Pak Tukirin mulai bercerita; antara tahun 1994-1998 berawal dari kerja sama PT BISI dengan Pemda Nganjuk dalam bidang pembenihan yang melibatkan para petani.

Pak Tukirin merupakan salah satu anggota pembenih yang dibimbing oleh Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) namanya Pak Suryadi. Bahkan Pak Tukirin meraih prestasi nomor dua terbaik dalam pembuatan benih.

PPL mengajarkan kepada para petani bagaimana cara membuat benih. Seluruh benih hasil panen kemudian diserahkan kepada PT BISI, untuk kemudian dijual.

Setelah empat tahun proyek berakhir. Disebutkan oleh para petani, PT BISI sama sekali tidak ada perjanjian hitam di atas putih.

Setiap penyetoran benih, PT BISI tidak mau menerima hasil yang jelek, maka jagung yang tidak diterima tersebut kemudian disimpan oleh pak Tukirin.

Pak Tukirin memiliki lahan setengah hektar. Setahun mengalami tiga kali musim tanam. Memerlukan 10 kg benih, harga benih produksi PT BISI per kg antara Rp 26.000,00 – Rp 30.000,

Harga jual jagung kering yang terbaik maksimal Rp 1.200,- bahkan cukup sulit untuk mencapai harga itu. Di musim kemarau menghasilkan tiga ton, Di musim penghujan hasil kurang dari tiga ton.

Berapa keuntungan pak Tukirin jika setiap kali masa tanam harus membeli benih. Belum termasuk biaya pembelian pupuk + dll, bahkan tenaga tak pernah dihitung.

Keberhasilan pak Tukirin membuat benih sendiri itu disambut gembira oleh rekan-rekanya.

Bersama rekan-rekannya sesama petani di dusunnya bisa menghemat sampai Rp 20.000,00 per kg benih.

Entah bagaimana, PT BISI tiba-tiba tahu tentang hal ini dan kemudian mengadukan pak Tukirin ke pengadilan.
Tuduhan yang diajukan adalah sertifikasi benih secara illegal. Dikenakan Pasal 61 (1) “b” junto pasal 14 (1) UU No. 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman.

Pak Tuikirin juga tidak pernah paham dengan Undang-undang yang dikenakan untuk menghukumnya, Pak Tukirin sangat tak paham, sesungguhnya pemerintah ini memihak pada apa dan pada siapa …..

Belajar dari kasus Pak Tukirin, dimanakah letak kedaulatan petani pada era sekarang ini? ***

Sabtu, 25 November 2017

PRESISI #6

JALAN PINTAS ITU FATAMORGANA

"Terus terusno lahmu ngedekne utang, mbleset sitik jebur jurang"

Prestasi terbesar kita hari hari ini hanyalah gali lubang tutup lubang. Dan belum punya program perubahan untuk bisa mulai menanam. Godaan yang begitu besar dari luar tak sebanding dengan kemampuan diri untuk menanggulangi segala keinginan dari dalam.

Penguasaan ilmu pasti membentuk strategi hitung laba rugi hanya secarik kertas yg berisi bilangan bilangan dan nominal nominal yg kasat mata. Seolah olah mampu memprediksi garis nasib/takdir suratan hidup manusia tiga lima tahun kedepan. Hak hak sebagai manusia sudah melampaui hak otoritas sebagai sang pencipta. Lembut, halus tanpa terasa kita terseret dalam ketentuan Qada' dan Qadar manusia.

Ilmu pengetahuan apapun yg telah dianugerahkan kepada manusia tergeser disalahgunakan tanpa terasa. Nafsu yg telah membungkus ego membenarkan segala cara, menuruti keinginan dan kepentingannya. Akal pikir yg semestinya berdiri tegak tak bisa lagi jadi kompas/pathokan. Kecerdasan intelektual semakin membuat gelap mata. Tanda tanda kehancuran semakin jelas didepan mata, prahara sebentar lagi tiba.

Besarnya propaganda yg sudah menjadi trend dan budaya memang sudah begitu adanya. Laksana tali yang sudah mengikat, menjerat seluruh anggota badan tubuh ini. Tangan kanan kiri di jerat tali, terus membelit juga bagian kaki, leherpun sudah diikat seutas tali tambang yg guedi, begitu tertarik sedikit saja tubuh ini terbelit, terikat tak bisa bergerak sama sekali. Kalau sudah begini siapa yg bisa menolongmu melepas semua ikatan kalau bukan dirimu sendiri.

Mumpung durung kebacot, urip seng ati ati. Senajan hasil sedikit, seng gemi setiti dilakoni. Kapan hasil jerih payahe pikir lan Dzikir do ndang cepet gede ben iso golek batur dewe dewe.

"Seng wes yo uwes ra bisa dibaleni, ojo dho digetuni. Seng durung seng ati ati, engko getun tibo mburi"

Jika ingat tiga cara meraih kesuksesan ini, sekarang aku cuma bisa senyum, ketawa tipis diujung bibir kanan naik dikit sambil mata kananku berkedip.

*Misal kita disini, didepan kita Gunung dan dibalik Gunung itu ada kesuksesan. Pertama kita naik itu gunung : kelamaan? Kedua kita putar dan kelilingi itu Gunung : kapan sampainya? Trus? Ketiga kita Boom saja itu Gunung biar cepat sampai tujuan : Iya benar tapi "Pecah Ndasmu", kok bisa? Lha Watu Gunungnge ngebregi Ndasmu??!!*

Itulah manusia jika tak mau menjalani prosesnya kehidupan, penyesalan sudah tiada artinya.

#weka #presisi #mestakung 24.11.2017

Jumat, 24 November 2017

PRESISI #5

Lima langkah awal dari delapan teori pembukaan sudah salah. Sayap kiri dan kanan yg mestinya menjadi pertahanan sudah di buka sejak awal.

Titik sentrum (tengah) yg harus kita kuasai untuk mengatur posisi di tengah situasi pilihan antara menyerang dan bertahan juga tidak jelas pola bangunannya.

Bagaimana mau main akhir cantik? Bertahanpun susah, bangunan menteri, perwira, benteng dan kuda lost control discomunicasion. Raja terbuka, pion sudah terlanjur melangkah maju tak bisa mundur.

Situasinya sulit dan sangat tersudut dan terjepit di segala lini dan posisi, tempo dah di luar kendali. Secara teori permainan sudah kalah, habislah sudah !!

Satu satunya keajaiban dan harapan hanyalah mengadu perwira dan mempertahankan poin nilai nilai dan yg akan menjadi harapan di akhir pertandingan adalah keberadaan 'pion' !

"Pion akan sangat menentukan kemenangan di akhir permainan"

#pressisi

Kamis, 23 November 2017

PRESISI #4

BIJAKSANA DARI BIJAKSINI

Buat apa kita pertahankan mati matian.
Kalau sesuatu apapun itu tak lagi mendapatkan rasa aman dan nyaman. Kebahagiaan hidup satu satunya yg kita harapkan, takkan jua kunjung datang, malah petaka dunia yang selalu membalut seluruh jiwa raga dan sukma.

Memang tidaklah mudah, menggeser apalagi merubah pola kebiasaan berfikir yg sudah tertanam sejak kita lahir hingga sekarang, waktu menjemput senja. Hanya kesungguhan niat serta mengesampingkan segala kepentingan tendensi diri sendirilah yg selalu menjadi penghalang dan hambatan.

Segala daya dan upaya telah dikerahkan. Pikir bahkan dzikirpun sudah ditransaksionalkan, bukanya kesadaran yg ia dapatkan tapi rasa "grusa grusu" ingin cepat keluar dari segala permasalahan. Ini memang hal yg wajar dan menjadi sebuah bagian proses pembelajaran yg cepat atau lambat mesti segera ditinggalkan.

Bijaksana dimulai dari bijaksini. Aku masih inget sekali pesan wong tuwo ini : "Lhe, masiho sithik wae golek rejeki seng berkah seng barokah, engko nek uripmu ayem". Tapi kesadaran itu muncul ketika : "Wes kadung utang bank uwakeh ngo usaha macet, jebur jurang". Biaya operasional pengeluaran tak sebanding penghasilan. Meski muter ngiser kerjo total banting tulang, "ora ngene - ora ngono" tetep wae njengkang. Bener kondhone wong tuwo "dwet bank mbayare mbrabak abang".

Ngelmu ketemu kanthi laku. Terserah meski menyandang gelar pecundang tiap hari jadi bahan hinaan mesti bijakhati mengolah data mengolah rasa untuk kembali berdiri tegak memasang kuda kuda, siap sedia selalu untuk mati demi mempertahankan sebuah prinsip hidup dadi "lanang sejati".

Topo ngrame, kawah codrodimuko adalah pijakan teguh tapak kaki untuk kembali memperjuangkan prinsip dan nilai hidup sejati yang tak pernah terukur berapapun dengan nominal materi.

Bijaksana - bijaksini itu mung ngo ngepakne ati ben ra keloro loro melas ati. Apa mau dikata semua sudah terlanjur. Hidup bukan untuk diratapi, disesali, ngeluh dan "getun" setengah mati. Bukan!! Ngono yo ngono ning yo ojo ngono.

Hal ini kalau diceritakan pada yang belum pernah mengalami, mung digeguyu? Ora malah nyiram tembung seng ngademne ati, malah dikompori disiram nganggo bensin Pertamax.

Urip kie cen, unic, asyik, antik, cantik dan menarik, nek lenggono nompo, gelem nerimo.

#presisi_mestakung 22.11.2017

Rabu, 22 November 2017

PRESISI #3

Kita itu begitu mudah tertawa, mudah terlena, lupa diri dan utopia.

Penampakan dari sisi luar yg baik tidak serta mencerminkan sisi kedalamanya.

Begitupun sudah membuat dirimu gaduh riuh'
Kalo begitu logika dan pola dalam berfikir?
Bersiap siaplah dirimu untuk ditikam dari depan, belakang, kiri dan kanan.

Hidup ini kejam bahkan teramat sadis.
Kita tabur kasih sayang kita dapat dendam kesumat penuh kebencian?
Kita tanam paseduluran yg kita petik permusuhan yg tak berujung dan bertepi?

Bagaimana kalau tanam paksa penindasan, penistaan, keculasan serta kelicikan yg biadab?
Ahh...rasanya jadi manusia modern ini kok rumit alias ribet banget.

Kita sudah terlanjr jauh melangkah dan tersesat.
Mencari jalan kembali untuk mengawali serta memulai lagi dari semula sudah tak bisa ?

......#2

#edisilakonnjudeg #nyawangkhahana #pressisi

Selasa, 21 November 2017

PADA MALAM 12 RABI'UL AWWAL

pada malam 12 Bulan Rabi’ul Awwal, langit dalam keadaan cerah tanpa ada mendung sedikitpun, saat itu Sayyid Abdul Muthalib sedang bermunajat kepada Allah SWT di sekitar Ka’bah, dan Sayyidah Aminah sendirian
di rumah, tanpa ada seorangpun yang menemaninya,

Tiba-tiba Beliau Sayyidah Aminah melihat tiang rumahnya terbelah, dan perlahanan-lahan muncul empat wanita yang sangat anggun nan cantik jelita dan diliputi cahaya yang memancar berkemilauan serta semerbak harum wewangian memenuhi seluruh ruangan.

Tiba-tiba wanita pertama datang dan berkata kepada Sayyidah Aminah;
………”Sungguh, berbahagialah engkau wahai Aminah.
Tidak ada di dunia ini wanita yang mendapati kemuliaan dan keberuntungan seperti engkau.
Sebentar lagi engkau akan melahirkan Nabi Agung junjungan alam semesta Baginda Nabi Muhammad SAW.

Kenalilah olehmu sesungguhnya aku ini adalah Hawwa’ Ibunda seluruh umat manusia.
Aku diperintahkan Allah SWT untuk menemanimu….
Kemudian Ibu Hawwa’ duduk di samping kanan Sayyidah Aminah.

Dan mendekat lagi wanita yang kedua kepada Sayyidah Aminah untuk menyampaikan kabar gembira kepadanya serta memperkenalkan dirinya...
Sesungguhnya aku ini adalah Sarah istri Nabiyyullah Ibrahim As,
Aku diperintahkan Allah SWT untuk menemanimu.”
Kemudian Sayyidah Sarah duduk di sebelah kiri Sayyidah Aminah.

Kemudian datang lah  wanita ketigapun kemudian mendekat dan menyampaikan berita gembira
Perlu engkau ketahui sesungguhnya aku adalah Asiyah binti Muzahim yang diperintahkan Allah SWT untuk menemanimu”.
Kemudian sayyidah Asiyah binti Muzahim tersebut duduk di belakang Sayyidah Aminah.

Sejenak Sayyidah Aminah semakin kagum, karena wanita yang ke empat adalah lebih anggun berwibawa dan memiliki kecantikan luar biasa.
Kemudian mendekat kepada Sayyidah Aminah untuk menyampaikan kabar gembira;
Ketahuilah olehmu wahai Aminah, sesungguhnya aku adalah Maryam Ibunda Nabiyyullah Isa AS.
Kami semua ditugaskan Allah SWT untuk menemanimu demi menyambut kehadiran Baginda Rasulullah Muhammad SAW.
Kemudian Sayyidah Maryam Ibunda Nabiyyullah Isa AS duduk mendekatkan diri di depan Sayyidah Aminah.

Maka, keempat wanita suci mulia nan agung di sisi Allah SWT tersebut kemudian merapat dan mengelilingi diri Ibunda Rasulullah Muhammad SAW Sayyidah Aminah Binti Wahab,
Sehingga Ibunda Rasulullah SAW semakin memuncak rasa kedamaian dan kebahagiaan dalam jiwanya.
Kebahagiaan dan keindahan yang dialami oleh Ibunda Rasulullah SAW saat itu, tidak bisa terlukiskan dengan
kata-kata.
Dan peristiwa demi peristiwa yang sangat agung, semakin Allah SWT limpahkan demi penghormatan besar kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW.

Keajaiban berikutnya adalah Sayyidah Aminah melihat sekelompok demi sekelompok manusia bercahaya saling berdatangan silih berganti memasuki ruangan Sayyidah Aminah dan mereka memanjatkan puja puji dan tasbih kepada Allah SWT dengan berbagai macam bahasa yang berbeda-beda.

Detik berikutnya adalah Sayyidah Aminah melihat atap rumahnya terbuka dan terlihat oleh Beliau berbagai macam bintang-bintang di angkasa raya yang sangat indah berkilauan yang saling berterbangan di langit ke segenap penjuru angkasa yang sangat cerah dipenuhi cahaya.

Maka, detik berikutnya adalah Allah SWT perintahkan kepada Malaikat Ridwan penjaga sorga agar mengomando semua bidadari sorga supaya berdandan rapi cantik jelita dan memakai segala macam bentuk perhiasan kain sutera dengan bermahkotakan emas, intan permata yang gemerlapan dan menebarkan wewangian sorga yang harum semerbak ke segala arah demi menyambut kedatangan Baginda Nabi Muhammad SAW.

Selanjutnya, Allah SWT limpahkan mandat khusus kepada Malaikat Jibril AS untuk mengemban tugas agung dalam momen yang paling agung dan bersejarah bagi seluruh makhluk Allah SWT, Firman Allah SWT kepadanya;

يا جبريل صف راح الأرواح في أقداح الشراب يا جبربل انشر سجادات القرب والوصال لصاحب النور والرفعة والإتصال يا جبريل مر مالكا أن يغلق أبواب النيران يا جبريل قل لرضوان أن يفتح أبواب الجنان يا جبريل البس حلة الرضوان يا جبريل اهبط إلى الأرض بالملائكة الصافين والمقربين والكروبيين والحافين يا جبريل ناد في السموات والأرض في طولها والعرض قد آن أوان اجتماع المحب بالمحبوب والطالب بالمطلوب

Yang artinya kurang lebih;
“Hai Jibril, serukanlah kepada seluruh arwah suci para Nabi, para Rasul dan para Wali agar berkumpul berbaris rapi menyambut kedatangan Nabi Agung Muhammad SAW.
Hai Jibril, bentangkanlah hamparan kemuliaan dan keagungan derajat Al-Qurb dan Al-Wishal kepada Nabi Agung Muhammad SAW yang memiliki Nur dan Maqam luhur di Sisi-Ku.
Hai Jibril, perintahkanlah kepada Malik agar menutup semua pintu neraka.
Hai Jibril, perintahkanlah kepada Ridlwan agar membuka seluruh pintu sorga.
Hai Jibril, pakailah olehmu Hullah Ar-Ridlwan (pakaian khusus yang diliputi Keridloan-Ku) demi menyambut Kekasih-Ku Nabi Agung Muhammad SAW.
Hai Jibril, turunlah ke bumi dengan membawa seluruh pasukan malaikat, para Malaikat Muqarrabin, para Malaikat Karubiyyin, para Malaikat yang selalu mengelilingi ‘Arasy, suruh mereka semua turun ke bumi dan berbaris rapi demi memuliakan dan mengagungkan kedatangan Kekasih-Ku Nabi Agung Muhammad SAW.
Hai Jibril, kumandangkanlah seruan di seluruh penjuru langit hingga lapis ke tujuh dan di segenap penjuru bumi hingga lapisan paling dalam, beritakan kepada seluruh makhluk-Ku bahwa sesungguhnya …
Sekarang telah tiba saatnya kedatangan Nabi akhir zaman, Nabi Agung kekasih Allah SWT, Baginda Nabi Muhammad SAW ………….

Kemudian seketika itu pula Malaikat Jibril AS secepat kilat langsung melaksanakan seluruh mandat khusus dan agung dari Allah SWT tersebut.
Serentak Beliau bawa seluruh pasukan malaikat turun ke bumi hingga memenuhi seluruh gunung-gunung Makkah dan berbaris rapi meliputi seluruh tanah suci Makkah.

Sayap-sayap mereka terlihat laksana mega-mega putih berkilauan memenuhi angkasa.
Dan saat itu pula seluruh hewan-hewan yang ada di segenap penjuru di bumi, di lautan dan di angkasa bersuka cita demi menyambut kedatangan Baginda Nabi Muhammad SAW.

PRESISI #2

"Menang ora kondang, kalah di hukum !!"

Pendidikan alam nusantara kita ini sudah lebih berat dari Universitas hebat di belahan bumi dunia manapun?

Tidak usah mencari cari lagi, yang sudah ada di "dirimu" itu cepat di aplikasi, 'gek ndang di lakoni' !!

Tunggu apalagi ??
Nunggu kiamat ??

#pressisi

PRESISI #1

"Lebih baik makan roti beneran daripada makan singkong 'ngimpi' !!"

Hidup memang harus berjuang sampai titik darah penghabisan. Apapun hasil akhir jangan 'protes' itu bagian sebuah 'proses' !!

Kenikmatan itu waktu dalam pencarian, kalo sudah ketemu jadi biasa saja tidak istimewa lagi !!

Seperti waktu nyari pacar !!

Jaman dulu perjuangan prosen kenalan, nyari nama plus alamat rumahnya saja 'debarrane' wes rakaruan, belum lagi apel pertamanya?

Jaman saiki perjuangan minta nomer hp dan pin bbmnya juga indah tapi tak serumit jaman dulu, memacu Andrenalin !!

Begitu dah jadian "yang_yangan" pacaran ya biasa saja, apalagi dah keluarga dan punya anak.

Itulah hidup.....

#pressisi

TIPS PENTING BAGI EDC BRILINKS

*INFO PENTING UNTUK REKAN EDC*

Tips Untuk keamanan transaksi edc Anda :

- Kartu ATM BRI tdk dipindahtangankan ke orang lain

- Kartu ATM setelah gesek agar kartu langsung disimpan ditempat aman.

- Pin agar dirahasiakan, sebisa mungkin tdk diketahui orang lain

- Mewaspadai transaksi orang baru atau tdk dikenal

- Cek saldo berkala sebelum dan sesudah transaksi

- Pembukuan manual berkalasehingga keluar masuk uang bisa trus update di monitor.

- Buku tamu untuk setiap ada yg mau transaksi.

- Meja kasir ideal yg tingginya bisa mampu menutupi aktifitas kita jika mau bertransaksi dari nasabah/pelanggan

- Jangan pakai satu ATM lebih banyak lebih baik kalau ada.

- Pemasangan CCTV di lokasi edc kita.

*SELAMAT BERTRANSAKSI*

*Jangan menyerah dan jangan takut Kalah sebelum berperang. Semua masalah dan peristiwa yg sangat menyakitkan, menegangkan bahkan menteror hari2 kita dalam bertransaksi minggu2 ini adalah tangga, pintu untuk memasuki hari esok yg lebih baik*

*Tetap Waspada - Buka mata - Buka hati*

"Selalu berdoa mohon perlindungan pada Tuhan YME"

*EDC BRILINKS MM WEKA - Timur Pasar Pojok Kwadungan - Buka sampai Malam*

Cepat, puas & Berkwalitas.
Siap melayani dengan sepenuh hati tanpa Antri.

*Email nardiwijaya73@gmail.com*

#salam_gesek #semangat 💪💪💪

*STOP BERFIKIR POSITIF APALAGI NEGATIF*

Senin, 20 November 2017

Cara mendapatkan Trouble Ticket edc

Bpk/ Ibu... Terkait transfer Antar Bank melibatkan 3 sistem: BRI, Principal (ATM Bersama/ Prima/ Link), dan bank tujuan.Pelaporan sukses/ gagal transaksi paling lama 1 x 24 jam (hari kerja).

Oleh karena itu, sy sarankan bagi agen BRILink yg gagal transfer lebih segera d infokan melalui CS Agen BRILink:

08118110950
Ada case yg transfer antar bank tp masuk pas malamnya.
Hal itu bukan berarti krn jaringan qt. Akan tetapi krn jaringan principal (ATM Bersama/ Prima) bisa juga dari bank tujuan.
Mhn d edukasi ke agen BRILink teekait hal tsb.
Oia, yg bisa d selesaikan oleh BRI hanyalah transfer dari BRI ke Bank lain. Jika transfer:
* Bank lain - BRI
* Bank lain - Bank lain

Hanya bisa d selesaikan dari Bank yg kartunya di gesek. Krn pelaporan gagal transaksi hanya akan d terima oleh bank yg d gesek.
Detilnya seperti itu.

Sabtu, 18 November 2017

Agen BRI links WEKA Timur pasar Pojok

BRILink
BRILink merupakan perluasan layanan BRI dimana BRI menjalin kerjasama dengan nasabah BRI sebagai Agen yang dapat melayani transaksi perbankan bagi masyarakat secara real time online menggunakan fitur EDC miniATM BRI dengan konsep sharing fee.

Produk dan Layanan Agen BRILink sebagai berikut :

Laku Pandai menurut POJK No.19/POJK.3/2014 adalah kegiatan menyediakan layanan perbankan dan/atau layanan keuangan lainnya yang dilakukan tidak melalui jaringan kantor, namun melalui kerjasama dengan pihak lain dan perlu didukung dengan penggunaan sarana teknologi informasi. Layanan Laku Pandai tersedia di agen BRILink untuk unbanked/unserved people dalam rangka keuangan inklusif.
T-Bank mendukung Layanan Keuangan Digital (LKD) sesuai PBI No.16/8/PBI/2014 dan SE BI No.16/12/DPAU mengenai Penyelenggaraan Layanan Keuangan Digital Dalam Rangka Keuangan Inklusif Melalui Agen Layanan Keuangan Digital Individu. T-Bank adalah produk uang elektronik berbasis server milik BRI yang menggunakan nomor handphone yang didaftarkan sebagai nomor rekening. Layanan T-Bank tersedia di Agen BRILink agar dapat dimanfaatkan bagi masyarakat sebagai “rekening” tabungannya dan diperoleh dengan kemudahan registrasi tanpa harus ke datang ke unit kerja.
MiniATM BRI adalah Electronic Data Capture (EDC) yang digunakan untuk melakukan transaksi keuangan non tunai sebagaimana halnya transaksi keuangan non tunai yang disediakan ATM.
FITUR DAN FASILITAS :

TBANK :
Cash In
Cash Out
Report

TUNAI :
Setoran Pinjaman
Setoran Simpanan
Tarik Tunai

MINI ATM :
Registrasi
Mobile Banking
Internet Banking
Informasi
Saldo Rekening
Mini Statement
Mutasi Rekening

TRANSFER :
Sesama BRI
Antar Bank
Kode Bank

PEMBAYARAN :
Telkom Pasca Bayar : Halo, Matrix.

PLN : PLN Prabayar, PLN Pasca Bayar, Cetak Token.

Telepon Rumah.

Kartu Kredit : BRI, Citibank, HSBC, Standard Chartered, ANZ.

Cicilan : FIF, BAF, OTO, WOM, Finansia/ K. Plus, Verena.

Zakat : Dompet Dhuafa, YMB.

Infaq : Dompet Duafa, YMB.

DPLK BRI

Tiket Pesawat : Garuda Indonesia, Lion Air, Sriwijaya Air.

BRIVA Pendidikan.

Isi Ulang Pulsa :
Simpati, Kartu As, Mentari, IM3, XL, Three, Axis, Esia, Smart, Fren, Setor-Pasti.

"Pemaparan dan penjelasan panjang lebar terkait primanya layanan Brilink diatas sungguh tidak sesuai dengan layanan nyata yg diberikan, sebagaimana fitur layanan pembayaran tagihan PLN Pasca bayar pada salah satu pelanggan PLN atas nama Mudji Rahayu dengan No.IDPEL 511432951893, pada saat melakukan pembayaran melalui Agen Brilink Achan Herbal Shop Surabaya. Saldo pada rekening Agen Brilink sudah terdebet sebesar Rp 105 548 plus Rp 2 500 sebagai biaya administrasi yang dibebankan BRI untuk transaksi yg dilakukan, tapi anehnya struk untuk transaksi yg dilakukan tidak dapat dicetak, dan ketika permasalahan itu disampaikan ke salah satu petugas di Kanca BRI HR Muhammad Surabaya sebagai bentuk laporan, petugas dari BRI HR Muhammad malah memberikan informasi bahwa tagihan PLN pasca bayar atas nama pelanggan yg dimaksud memang belum terbayarkan, dan ketika si agen brilink menyatakan bahwa telah terjadi pendebetan saldo pada rekeningnya serta dia juga menerima SMS Notifikasi dari BRI terkait suksesnya transaksi yg baru dilaksanakan, hal itu hanya sebuah kesalahan sistem yg biasa terjadi di BRI, lantas untuk solusi pengembalian saldo yg terlanjur terdebet si petugas BRI HR Muhammad meminta waktu 14 hari kerja dari tanggal pelaporan serta meminta si agen brilink untuk menyebutkan No.Rekening dan No.Kartu ATM dari si agen brilink untuk bahan pelaporan ke BRI Jakarta guna mendapatkan kembali saldo yg terdebet tersebut, tanpa memiliki kekhawatiran yg agen brilink rasakan terkait permintaan no.rekening dan no.kartu atm yg dimintanya, bahwa hal tersebut sangat riskan disalah gunakan oleh para pelaku kejahatan perbankan(pembobolan saldo rekening) yg akhir-akhir ini marak kita dengar pemberitaannya"

Jumat, 17 November 2017

EDC BRI links WEKA pojok

ATM BRI Links WEKA Pojok Buka Sampai Malam Jl. Slamet Riyadi, Pojok, Kwadungan, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur 63283 https://goo.gl/maps/x13ckWdt2j82

Kamis, 16 November 2017

Cara Top Up BRIZZI

Cara Top Up BRIZZI

Ada beberapa metode Top Up BRIZZI yang bisa menjadi pilihan. Lebih baik sesuaikan dengan kebutuhan dan cara paling praktis menurut kamu ya:

Top Up Online Melalui EDC BRI/Agen Brilink

1. Pilih menu Brizzi

2. Pilih menu Top Up online

3. Gesek Kartu ATM di EDC

4. Masukkan Nominal Saldo

5. Masukan Pin

6. Tempelkan Kartu Brizzi pada mesin EDC

7. Saldo otomatis akan bertambah

Top Up Online Melalui Smartphone dengan Teknologi NFC

1. Buka Aplikasi BRI Mobile versi 7.2.0

2. Pilih menu Internet Banking BRI

3. Masukkan User Id dan password

4. Pilih menu Pembelian

5. Pilih Menu Top Up Online Brizzi

6. Pilih no Rekening

7. Masukkan Nominal Saldo

8. Masukkan Password

9. Tap Kartu Brizzi di belakang smartphone anda

10. Saldo otomatis bertambah

Top Up Online Melalui ATM Link (BRI)

1. Masukkan Kartu Debit BRI/Bank Lain

2. Masukkan PIN ATM

3. Pilih Menu Lainnya

4. Pilih Menu E-Money

5. Pilih menu Top Up Online Brizzi

6. Masukkan Nominal Saldo

7. Tempelkan Kartu Pada Reader yang Ada di Mesin ATM (Jangan dilepaskan sampai proses berhasil dengan sempurna)

8. Saldo otomatis akan bertambah

Top Up Deposit Melalui ATM BRI (Non-Link)

1. Masukkan Kartu Debit BRI/Bank Lain

2. Masukkan PIN ATM

3. Pilih Menu Pembelian

4. Pilih Menu Top Up Brizzi

5. Masukkan Nomor Kartu Brizzi

6. Masukkan Nominal Saldo

7. Saldo belum otomatis bertambah

8. Aktivasi Saldo Brizzi di Mesin EDC BRI Terdekat

Aktivasi Deposit Melalui EDC BRI/Agen Brilink

1. Pilih menu Brizzi

2. Pilih menu Aktivasi Deposit

3. Tempelkan Kartu Brizzi pada mesin EDC

4. Informasi Saldo akan Muncul

5. Transaksi Berhasil

6. Saldo otomatis akan bertambah

Top Up Tunai di Merchant (Alfamart , Alfamidi & Indomaret) dan Agen Brilink

1. Nasabah datang ke Merchant atau Agen Brilink Terdekat

2. Nasabah memberikan uang minimal Rp. 25.000,- (berlaku kelipatan) untuk Top Up di Alfamidi

3. Kasir atau Agen Brilink akan melakukan Top Up di Mesin EDC dengan langkah berikut ini:

4. Pilih menu Brizzi

5. Pilih menu Top Up online

6. Gesek Kartu ATM Merchant atau Agen Brilink di EDC

7. Masukkan Nominal Saldo

8. Masukan Pin

9. Tempelkan Kartu Brizzi Nasabah pada mesin EDC

10. Saldo otomatis akan bertambah

Senin, 06 November 2017

GABAH DEN INTERI oleh Emha Ainnun Nadjib

GABAH DÈN INTERI
(Untuk Anak Cucu Maiyahku, 2)

Sebagai yang dititipi mengawal memancarnya mataair Maiyah, aku mengalami dan menyimpulkan bahwa Maiyah itu tidak ada manfaatnya bagi kehidupan di mana manusia fokus menikmati dan merakusi dunia. Disebabkan oleh sekurang-kurangnya sepuluh hal, yang kupetikkan dari ribuan sebab:

Pertama, Maiyah tidak menjadikan dunia sebagai tujuan. Kedua, Maiyah tidak memposisikan dunia sebagai tempat membangun kehidupan yang nyata berdasarkan kesejatian dan keabadian. Ketiga, Maiyah tidak berminat untuk memiliki dan menguasai dunia. Keempat, Maiyah tidak punya kesanggupan dan perangkat untuk mengubah kehidupan manusia di dunia. Kelima, Maiyah tidak berani ikut melakukan perusakan atas rahmat dan amanah Allah.

Keenam, tidak punya daya untuk menyelesaikan masalah-masalah manusia di dunia, apalagi menjadi dan menambah masalah. Ketujuh, Maiyah takut terlibat di dalam keserakahan keduniawian, penganiayaan hakikat dan martabat manusia, kolonialisasi terhadap bangsa-bangsa, pemalsuan literasi, penggelapan intelektualitas, pemincangan mentalitas, pemenggalan spiritualitas. Terlebih lagi melakukan pelecehan terhadap eksistensi dan hak Allah, penghinaan terhadap Agama-Nya serta para pecinta-Nya, pada tingkat dan kadar yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Kedelapan, Maiyah sekadar berikhtiar mengurangi beban-beban yang ditimbulkan oleh hubbud-dunya dan intisyarul-fasad. Kesembilan, Maiyah menempuh jalan agar tidak ikut sakit-dunia,  tidak ikut dianiaya apalagi menganiaya, tidak ikut menipu, memperdaya, mengebiri, membonsai, menjebak, menggerogoti, melampiaskan keserakahan, mengkolonialisasi dan mengimperialisasi. Kesepuluh, Maiyah berikhtiar dengan rasa syukur dan husnudh-dhon agar dijadikan bagian dari perkenan “gabah dèn interi” oleh Allah untuk menyelamatkan hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya.

Maka saya menganjurkan menjauhlah dari jalan sunyi Maiyah. Nikmatilah dunia, serakahilah keduniawian, bergabunglah pada kekuasaan, raihlah jabatan, program, proyek, kemajuan dan sukses. Atau lawanlah semua itu dengan pemberontakan, revolusi, atau gerakan-gerakan anak bangsa model apapun.

Semoga keputusan kalian ditanggapi oleh amr Allah swt, irodah  Rasulullah saw dan gelombang hamba-hamba yang Beliau berdua cintai dan mencintai Beliau berdua.

EMHA AINUN NADJIB

Mataair Maiyah 5,
Kadipiro, November 2017
Https://www.caknun.com/2017/gabah-den-interi/

Minggu, 05 November 2017

‘ILMUN LA YANFA’ oleh Emha Ainun Nadjib

‘ILMUN LA YANFA’
(Untuk Anak Cucu Maiyahku, 1)

Meskipun Maiyah adalah mataair yang dicurahkan dari langit ke suatu titik di tanah Indonesia, tetapi ia diperuntukkan hanya bagi hamba-hamba yang dikehendaki-Nya. Mungkin itu yang disebut gelombang amr dan irodah Maha Ruh sumber mataair itu, pada garis syafaat kekasih-Nya Muhammad saw.

Mataair itu dipancarkan untuk Al-Muhtadin, hamba-hamba yang dihidayahi oleh Allah. Mereka kemudian berhimpun menjadi Al-Mutahabbina Fillah, hamba-hamba yang saling mencintai semata-mata karena Allah. Bersaudara tidak karena hubungan darah, kesamaan golongan, madzhab, atau karena motivasi kekuasaan dan transaksi keduniaan.

Mereka bersaudara dan merawat persaudaraan fid-dunya wal-akhirah, kholidina fiha abada, dalam keadaan berdiri, duduk atau berbaring. Dalam kemudahan atau kesulitan, kemiskinan atau kekayaan, kesedihan atau kegembiraan, dalam kepungan kegelapan atau limpahan cahaya. Mereka mengalir dalam getaran bersama. Mereka bergetar di aliran yang sama.

Para pereguk Mataair Maiyah diantarkan dan dihimpun memasuki suatu jagat kejiwaan di mana mereka mengalami kenikmatan bertauhid, ketakjuban ber-Islam, kesegaran silaturahmi, kemurnian ukhuwah, keseimbangan mental, kejernihan olah akal, keadilan berpikir, ketenteraman hati, kebijaksanaan bersikap — serta secara keseluruhan semacam keterbimbingan hidup.

Tetapi Allah menguji mereka: Seperti ada tangan besar yang menarik mereka ke jalan sunyi, yang membuat mereka terasing, berbeda bahkan bertentangan dengan dunia dan Indonesia.

Air yang mereka tadahi dari Mataair Maiyah mungkin sekadar dijadikan minuman untuk kesegaran di tenggorokan hidup bersama keluarga. Untuk peluasan dan pendalaman ilmu kehidupan. Untuk racikan baru kesehatan dan pengobatan. Untuk meningkatkan kualitas Ziro’ah, eksplorasi kreativitas Shina’ah dan respons terhadap perubahan tata penghidupan Tijaroh. Atau bisa juga untuk penghimpunan energi zaman melawan kedhaliman nasional dan global. Bahkan lebih menyeluruh, bulat, kaffah sekaligus detail dan ‘serbuk’.

Tetapi skala mereka sebatas “wala tansa nashibaka minad-dunya”. Tumpuan mereka adalah “innalloha ‘ala kulli syai`in qodir”. Koridor ilmu mereka adalah kesadaran bahwa pelaku utama perubahan adalah Allah sendiri. Serta takkan mereka lukai atau retakkan nikmat Allah berupa perkenan Al-Muhtadin dan ikhtiar Al-Mutahabbina Fillah.

Pun jangan lupa: Mataair Maiyah bisa tidak berguna apapun. Orang datang ke Mataair Maiyah sekadar untuk memetik keuntungan bagi dirinya sendiri. Maiyah bisa tidak pernah menjadi apa-apa. Menguap ke kekosongan zaman. Sirna dari lembaran buku sejarah dan kehidupan. Menjadi hamparan kerakal-kerikil diinjak-injak oleh gajah Abrahah. Bisa karena kemalasan mental, kesemberonoan ilmu, kejumudan spiritual, atau ketidakberdayaan memanggul berkah. Maiyah menjadi ‘ilmun la yanfa’. Ilmu yang tidak bermanfaat.

Mataair Maiyah 1-4,
Kadipiro, November 2017
Https://www.caknun.com/2017/ilmun-la-yanfa/