Jumat, 31 Januari 2020

curcol Kepagian #41

Curcol kepagian #41

Manusia adalah kumpulan rasa kecewa yg berusaha mereka pendam, agar tak tampak oleh orang lain, atau oleh dirinya sendiri.

Ini rata, semua.

Mulai dari gembel sampai pangeran dan raja. Mulai dari yg melarat sampai konglomerat. Mulai dari yg jomblo sampai yg donjuan, atau playboy cap kampak.

Agar kecewa itu tak tampak, ada banyak cara yg dilakukan manusia. Bisa mulai dr sibuk kerja, tak mempedulikan rasa. Yg berhasil sukses, akan pamer kariernya yg melesat, bekerja di tempat2 yg mengkilap, pamer jabatan, pamer pendapatan.

Ada juga yg tenggelam dalam hobi. Bisa juga sibuk dgn selfie. Atau caci sana hina sini. 

Apapun, yg penting tdk ingat rasa kecewa. Entah kecewa scr pribadi, asmara, atau keluarga.

Manusia melata di muka bumi, sambil terus menutup luka, dan bermain sandiwara, entah disadari atau tak.

Filsafat jawa mengatakan ; wang sinawang.

Apa yg kamu liat itu bukan aslinya. Rumus sederhananya demikian.

Keluarga yg damai sejahtera, bisa jadi dalamnya neraka yg berkobar. Karier yg hebat, bisa jadi bajingan koruptor yg bejat. Dikira suci, taunya senang main body. Tampak senang, banyak yg pusing, hidupnya tak tenang2. Sepertinya dermawan, ternyata cuma mau pamer agar dianggap pahlawan.

Lalu yg asli yg sperti apa?

Tidak ada.

Semua cuma tampaknya dan prasangka belaka.

Jika mau lihat yg asli, bukan yg tampak pada orang lain, tp pada diri sendiri.

Saat kamu melihat dirimu tanpa ada orang lain satupun. Begitu orang lain muncul, kamu akan ambil satu peran, dan drama lanjut lagi kemudian.

Semua manusia terus bersandiwara, sampai sang Sutradara bilang, "Oke cukup, pertunjukkan sudah selesai, sudah habis waktumu bermain peran!".

\M/

#LukisanAliAntoniKoleksiNailaAli #abstrax5jt

Senin, 27 Januari 2020

Museum Trinil Ngawi Purba Kota Tua

Museum Trinil Ngawi Purba Kota Tua

Museum tempat penyimpanan fosil  manusia kera berjalan tegak atau yang dikenal dengan Phitecantropus Erectus yang ditemukan oleh Dubois pada tahun 1981 sampai dengan tahun 1892. Selain itu disitus ini juga ditemukan fosil banteng dan gajah purba yang sangat berguna bagi penelitian dan pendidikan khususnya dibidang sejarah kepurbakalaan. (Sumber : Ngawi.go.id)*

Trinil adalah situs paleoantropologi di Indonesia yang sedikit lebih kecil dari situs Sangiran. Tempat ini terletak di Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, kira-kira 13 km sebelum pusat kota Ngawi dari arah kota Solo. Trinil merupakan kawasan di lembah Bengawan Solo yang menjadi hunian kehidupan purba, tepatnya zaman Pleistosen Tengah, sekitar satu juta tahun lalu.

Pada tahun 1891 Eugène Dubois, yang adalah seorang ahli anatomi menemukan bekas manusia purba pertama di luar Eropa (saat itu) yaitu spesimen manusia Jawa. Pada 1893 Dubois menemukan fosil manusia purba Pithecanthropus erectus serta berbagai fosil hewan dan tumbuhan purba.

Saat ini di Trinil berdiri sebuah museum yang menempati area seluas tiga hektare, dengan koleksi di antaranya fosil tengkorak Pithecantrophus erectus, fosil tulang rahang bawah macan purba (Felis tigris), fosil gading dan gigi geraham atas gajah purba (Stegodon trigonocephalus), dan fosil tanduk banteng purba (Bibos palaeosondaicus). Situs ini dibangun atas prakarsa dari Prof. Teuku Jacob, ahli antropologi ragawi dari Universitas Gadjah Mada. (Sumber : Wikipedia Indonenesia)*

Museum Trinil  Ngawi Jawa Timur 

Begini saja pertanyaan. Bukankah manusia purba Homo erectus berevolusi menjadi Homo sapiens si manusia modern. Kedua, bukankah erectus sudah ada di Jawa sejak dahulu kala banget. Barang sejutaan tahun ada loh. Ketiga, tapi kok dikatakan nenek moyang kita dari Yunnan, sebuah kawasan di Tiongkok sono. Malahan begini menurut Pak Truman, arkeolog prasejarah, 'Manusia pertama yang masuk Indonesia sekitar 60.000 tahun lalu.' Naa..naah! kok bisaaa? 

Diorama manusia Purba

Yoh! waktunya sejarah adalah jalan-jalan. Trinil yok. Dimana atuh! Itu loh ndro tempat Eugene Dubois menemukan fosil erectus zamannya tahun 1890an. Emang sepenting apa sih penemuan itu. Balung toktil kok yah ramai. Untuk itu kita kenal dulu siapa sih erectus. Ini kata Richard Leakey, adalah, '...a species intermediate between the first upright-walking hominids and modern man.'

Apa itu artinya. Simple. Indonesia adalah tempat penemuan bukti fisik evolusi manusia. Java Man, fosil erectus asal Trinil malahan adalah bukti pertama adanya tahap perantara yang ditemukan di dunia. Digali dari tepian Bengawan Solo, 1891-1892. Jadi gak cuman salah satu negeri kelahiran teori evolusi yang dikemukakan secara independen oleh Alfred Russel Wallace (sehingga dihormati sebagai co-author bersama Charles Darwin), 1858, saat di Maluku Utara loh.

Lucunya, fosil yang pertama ditemukan ternyata gak langsung nge-hit Dubois. Malahan dikira simpanse *gaak sopan*. Tapi ngeh juga dia akhirnya sehingga si fosil pun dinamai Pithecanthropus erectus. Artinya manusia-kera yang berjalan tegak. Ernst Mayr, seorang ahli Biologi pada tahun 1950 memasukkan erectus sebagai Homo erectus. Jadi sekarang satu marga dengan manusia modern, Homo sapiens, alias kita-kita. Yeah! Selamat bergabung! Sama-sama punya tulang ekor setidaknya *kok bisa gak punya ekor tapi punya tulangnya*. Mubazirrrrrr hey.

Jalan Menuju Museum Trinil

So, dimana Trinil itu. Begini aku capai Trinil dari Ngawi. Naik bus Andy's /andis/ Kencana dari Perapatan Plasa. Lalu melaju di Jalan Raya Ngawi-Solo (bus Surabaya-Yogya malang melintang di rute ini). Ongkos lima ribu. Turun di pertigaan Desa Kawu. Gak khawatir bablas. Bilang saja Trinil yang sudah terkenal. Lagipula papan nama museum segede gajah. Lalu jalan sekitar tiga kilometer menuju: Museum Trinil.

Hari masih pagi waktu aku turun dari bus. Pukul 06.53. Kesemangatan deuw. Cari kopi di warung Mba Emiy, seberang SMA 1. Tak jauh sebatang pohon asam berbuah dengan tabah seperti manusia yang selalu begitu sabar saja. Seorang ibu tua menawarkan botok daun beluntas. Pukul 07.45 jalan lanjut. Kemarau sudah sangat panjang. Toh sawah-sawah mendapatkan air dari sungai tetap ijo-royo. Sepasang elang di angkasa ikut merayakan ada. Dekat Pal Trinil 1 Km, petani memanen tebu. Pohon mundu berbuah dengan kuningnya yang menggoda. Satu yang jatuh aku gondol. Setelah sebuah tikungan kecil, tiba di Pal Trinil 0 Km. Yeah, sampai! Museum Trinil, Dusun Pilang, Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi, 26/09/2014, 08.41 AM.

Monumen Dubois

Tiga yang paling jago dari Trinil adalah lokasi, monumen, dan fosil. Lokasi yakni di belakang museum, ialah tempat ditemukannya fosil erectus berusia sekitar satu juta tahun yang pertama diterima sebagai bukti fisik evolusi manusia. Lokasi yang superkondang di jagat paleoantropologi dengan sebutan Trinil HK (Hauptknochenschicht; haupt utama, knochen tulang, schicht lapisan). Tempat yang pernah dikisahkan Dubois, 'Trinil ist ein kleines Gehoft am Bengawan...' Alias Trinil adalah sebuah ladang kecil di tepi Bengawan. Yeaah! sejarah banget. I love Trinil. Muaach!

Kedua, Monumen Dubois yang dirancang Eugene Dubois, dokter militer dan paleontolog yang mencari the missing link, mata rantai yang hilang di Sumatera dan Jawa selama kurun 1887-1895. Cukup gila memang dia. Meninggalkan karier akademi lalu berlayar ke Hindia Belanda untuk mencari fosil.

Ketiga dari Museum Trinil adalah Java Man, fosil Manusia Purba Jawa dari Trinil yang merupakan salah satu koleksi paleontologi paling terkenal di dunia. Ada dunk di Museum Trinil. Gpp meski replika. Tak urung replika salah satu relik tertua dalam sejarah manusia loh. Asli dibawa Dubois pulang ke Belanda (1895) sekarang dipamerkan di Naturalis Biodiversity Center, Leiden, Belanda.

Fosil Erectus

Loh! Fosil erectus ternyata hanya berupa gigi geraham, atap tengkorak, tulang paha. Hebat yah begini-begini tapi bisa memberi banyak sekali informasi tentang manusia purba. Terutama atap tengkorak dan tulang paha dikenal sebagai Trinil 2, Trinil 3 berturut-turut, membuktikan adanya suatu tahap perantara, bukti fisik pertama evolusi manusia. Tulang punya cerita euy.

Tentang adanya erectus di Jawa, Teori Out of Africa mengisahkan manusia purba meninggalkan Afrika 1,5 juta tahun lalu. Mereka mencapai antara lain Indonesia. Sedangkan di Afrika, erectus berevolusi menjadi sapiens yang kemudian mulai mengembara ke sana-sini sekitar 150.000 tahun lalu. Seiring waktu mencapai Asia hingga Australia, Eropa hingga Siberia dan Amerika.

Menurut Pak Truman, sapiens mencapai Indonesia sekitar 60.000 tahun lalu. Apakah kedatangan ini menyebabkan kepunahan erectus. Atau sudah punah sebelumnya. Jared Diamond (Guns, Germs and Steel, 1998) memberi gambaran kepunahan populasi asli akibat pendatang yang superior. Apa pun, pertanyaan tetap sama. Erectus di Jawa kenapa gak gerak ke sapiens. Satu juta tahun gitu-gitu doank *maju cuman sampai Ngandong*. Makanya modar deh ketemu rekan semarga yang unggul dalam urusan senjata, teknologi, dan imunitas tubuh.

Bengawan Solo

Akhir kata adalah pertanyaan. Apa aku percaya evolusi. Persisnya aku percaya proses. Apa Tuhan tak bisa bikin manusia dalam proses satu hari atau bahkan proses yang hanya berlangsung satu detik bahkan hanya sepersekian detik sebagaimana kelahiran ruang-waktu. Tapi bukankah ibu manusia mengandung anaknya selama sembilan bulan. Tidakkah karena kehendak Tuhan. Apalagi proses kelahiran spesies manusia, bukankah akan melalui waktu lebih lama lagi galibnya. Tapi 33 juta tahun dari Aegyptopithecus, hingga Australopithecus 4 juta tahun lalu, kemudian Homo erectus 1,7 juta tahun sebelum akhirnya Homo sapiens, apakah adalah panjang waktu yang masuk akal.

Pertama, sering dikatakan Tuhan mahasabar. Lalu dimana saja Dia meletakkan bukti sifat-sifat yang juga menandai Ada-Nya. Kedua, dibandingkan jagat raya yang milyaran tahun, waktu jutaan tahun kok sepertinya gak gimana-gimana. Ketiga, jika pilihannya adalah Tuhan Ilmuwan Besar dan habis terbanting segala Newton, Darwin, Einstein, Hawking, atau tukang sulap yang mengeluarkan kelinci dari topi. Berasumsi jika pilihannya hanya dua *suatu keterbatasan dari manusia sendiri gak*.

Jujur, aku tidak terganggu percaya atau hal yang beda. Ragam itu alam. Beda warna bikin pelangi. Buta warna lihatnya hitam-putih. Ego manusia yang bikin segala-yang-gue yang benar, mutlak. Lagipula hidup di hari ini lebih penting dari persoalan silam. Daripada segala yang kita percaya, hidup dalam kebaikan akan selalu lebih menandai kemanusiaan kita dan mendekatkan kalbu kepada-Nya.

(Sumber data Museum Indonesia https://www.museumindonesia.com/museum/87/2/Museum_Trinil)*

(Catatan dirangkum dari berbagai sumber diGoegle)*

Museum Trinil Ngawi 25 Januari 2020
https://youtu.be/xFlv8O9EdKo
#MuseumTrinil #PithechantropilusEtectus #Fosil #Trinil #ManusiaPurba #erectus
https://youtu.be/xFlv8O9EdKo
https://youtu.be/xFlv8O9EdKo

Museum Trinil "Ngawi Purba" Kota Tua

Selasa, 14 Januari 2020

Sinau Karo Watu

"Jangan Malu, sinau karo Watu"

"Senajan metune soko silite Kyai, nek tai yo di buang rek !! Tapi kosok baline : senajan metune soko silite pithik, nek endog yo di pangan"

Berangkat dari filosofi di atas manusia hidup di tuntut untuk selalu arif dan bijaksana dalam menilai dan memaknai apapun ajah yang ada di sekitar kita. Taddabur alam, bersinergi dengan alam sudah sepantasnya kita lakukan sebagai bentuk rasa syukur atas kebaikannya selama ini kepada manusia. 

Sebenarnya memang tak ada yang istimewa yang ada di sekitar hidup kita ini, cuma terkadang manusia suka berlebihan dalam menilai segala sesuatu berdasarkan kebutuhannya, senang atau tidak senangnya, sehingga sesuatu yang sangat kecil, biasa dan sederhana sering kita abaikan begitu saja.

"Watu seng sabendino di sempar samparin no pinggir ndalanpun bisa saja memberi pengajaran "

Kerikil atau batu kecil itu, hampir sepanjang  hari di injak injak ribuan orang, terkadang juga di lewati kendaraan berat yang berlalu lalang, tetapi batu kecil itu tak pernah mengeluh. Di buat aspal jalan raya mau, di pake buat "Talut" di pinggir jalan raya, juga terima. Di buat "Ngecor" pondasi dan tiang tiang bangunan rumahpun, yah, enjoy enjoy saja. Bahkan bangunan rumah itu semakin terlihat kokoh dan gagah karena keberadaannya, nyaman dan aman bagi siapapun penghuninya. Semakin sulit batu itu dibentuk, maka akan semakin tinggi pulalah nilai esteticanya.

Ketika kita lewat di pinggir kali, kita lihat ibu ibu setengah baya, sedang mencuci baju dan pakaiannya di atas batu itu juga tetap diam ikhlas menerimanya. Bahkan di jadikan manusia sebagai "pancatan Ngisingpun", batu tak pernah mau berontak. Akan tetapi tak bisa dipungkiri, bahwa batu itu tetap saja tak dapat dipisahkan, selalu menjadi satu bagian yang utuh dari keindahan pemandangan alam semesta.

Entah kebetulan atau entah karena keteguhan hatinya :

"'Nek tanah watu, senajan tho mung trimo watu nek arep di angkat 'Derajade' karo Gusti Alloh yoo ora kurang dalan, Opo meneh menungso!!"

Waktu tiba musim penghujan, akhirnya banjir bandangpun datang. Batu itu terseret jauhh meninggalkan tempatnya oleh arus yang sangat besar, hingga akhirnya Batu itu secara tidak sengaja di temukan oleh seorang ahli tukang pahat ukir batu. Di angkatlah batu itu dengan mengunakan berbagai alat berat, dan di pindahkannya ke rumah tempat tinggal ahli pahat batu.

Sejak saat itu, hampir di sepanjang hari siang dan malam, terjadi sinergi, terjadi komunikasi bathin antara batu dengan si ahli pahat itu. Ternyata lelaki setengah tua itu bukan orang sembarangan. Sampai pada suatu ketika, datanglah pelanggan seorang pejabat yang sangat berkuasa saat itu. Sejak pertama datang dan melihat hasil seni si tukang pahat batu itu, langsung tertarik dan jatuh cinta pada pandangan pertama. 

Setelah terjadi komunikasi dan negosiasi yang cukup panjang dan alot, akhirnya sepakat dan mufakat. Batu yang sudah selesai di pahat dan di ukir indah elok dan menawan itu akan di bawa ke kota. Dan secara kebetullan di kota akan di bangun sebuah Monumen Besar,  tepat di tengah tengah kota. Batu itu akan menjadi 'Maskot' dan menempati posisi puncak Monumen, yang akan sekaligus di jadikan sebagai Taman kota.

Berkat keteguhan prinsip : "Nerimo ing pandhum" serta kesabarannya yang sedikitpun tak pernah mau mengeluh, kini batu itu menjadi sebuah 'Monumen Sejarah' masyarakat di seluruh penjuru kota. Batu itu menempati puncak singgasananya, di puncak angkasa raya. Nun jauh dari pinggir kota, seorang lelaki paruh baya yang sedang duduk di pinggir kali, tersenyum mesra seperti menatap keanggunan dan kemegahan hasil karyanya. Mulutnya sedang komat kamit, seperti sedang terjadi "dialegtica", tapi sayang si kakek itu melarang dan meminta untuk dirahasiakan hasil kontak bathinnya.

"Biarlah yang rahasia tetaplah menjadi sebuah rahasia, terkadang ada baiknya juga, tidak semuanya kita harus tahu!!"

#RepostStatusFbNardiWijaya
#berandaweka #arusbawah
WEKA NGAWI 27 JULI 2016
https://youtu.be/hn-gOwboB-E

catatan di balik proses 2019

Bangga kok dengan pencapaian mbah buyute, wong liyo ora hasil tetes keringete dewe, tapi rapopo ding, tapi ojo suwe-suwe, sedolo wae nek ra pengen kecele, jebul asline awake dewe iki zonk, nol gak iso opo-opo. 

Trus, mak kluwer, kluwwerrr.... 
Koyo paketan arep entek kae 

Apik urip iki, nyenengne.. 
Nyengir dewe,, 

##

Nek tak pikir2 saya terlalu jahat, itu iya, 
Terlalu kejam dan saklak,, emmang benar. 

Tapi kan kalian (pengalaman), yg mengajarkan sy tentang kehidupan, tak boleh main2 dengan perasaan. Alam adalah satu2nya guru yang anti sogokkan, salah ya di hukum untuk kebaikan. 

Tak ada kompromi dan lobbi-lobbi, 
Untuk laku mesti mengalami sendiri. 

##

Menang ora kondang, kalah ngisi-ngisini. 
Yang menang - kalah sama2 untung, mengalami peristiwanya sendiri, bukan cuma sekedar mengamati untuk dapat datanya, 

Rasane yo ra trimo paitt, 
Stengah urip, stengah mati. 

##

Kesadaran untuk mengalami, mengakui bahwa datta yg selami ini dimiliki, ngo petita-petiti iku wae salah anggele rami, wes malah mbladrah tekan ngendi2, apike wong jaman saiki yo ngeneki, nyenengne tenan. 

Contone yo saya iki,.. 
Rasah ngolek nendi2.

Opo seng dadi paham pendapat orang lain, mesti bener, mesti apik, pasti baik. Yes!! 

Dan apapun yg berasal dari paham dan pencapaian diri sendiri mesti buruk dan pasti semua salah, neroko ra masalah 

Kan asyik urip Iki rek,, 
Nek iso dho rebutan salah! 

##

Kenyataan itu ya kenyataan, kahanan yg harus ditrimo utuh ora di potong2. Mosok tho ono kenyataan pahit kenyataan manis? jangan2 itu cuma alibi permainan kata, jangan2 itu cuma pelarian cara berfikir yg pejirih/takut menghadapi kenyataan yg tak sesuai harapan.

Cara berfikir pikiran ini juga perlu dikritisi. 
Di dobrak dan didekontruksi kembali.. 

Jangan cuma menyalahkan kenyataan, 
Jangan cuma mengkambing hitamkan keadaan, jangan terusan menyalahkan orang lain, trus kapan menyalahkan diri sendiri untuk membangun kesadaran dan menyadari untuk lahir sesuatu yg baru dan Ori bukann fotocopi!! 

##

Banyak peristiwa, kahanan yg mestinya di pikir slow, setel kendho malah diseriusin. 

Banyaknya hal yg mesti dipikir fokus dan serius, menyangkut hidup-mati, harkat dan nilai martabat sebagai lelaki malah dho diengo cengengesan. 

Salah kaprah tentang bagaimana menyikapi situasi alam ini memang dari hari ke hari semakin kelihatanya agak rumit tak terprediksi. 

Tapi, coba di mulai dgn jaga jarak. 

Mencoba mengamati kuda-kuda dasar, di teliti, di cermati sendiri, dikoreksi terus jangan cepat puas diri, hajar jangan di ampuni kesalahan diri untuk terus diteliti, jeli. 

Sudah tegak apa belum dulu, mesti di ulangi lagi, di ulangi lagi, di ulangi lagi... 

Mungkin, lho ini.. 

Mungkin nanti ketika wes lali, lupa dengan itung-hitungan selama ini, bisa sedikit presisi. 

Bisa juga tidak sampai dikubur bumi
Karna sudah lali tak berhitung, nggak kalkulasi. 

#CatatanYangTerserak \M/
#FottoKoleksiGaleriWeka

Selasa, 07 Januari 2020

Beli cash Xpander Ultimate Limited Edision Ke Dealer Madiun Seri 0768 | ...

Orang-orang Miskin Puisi WS Rendra

Orang Orang Miskin
 (W.S. Rendra) Yogya, 4 Pebruari 1978

Orang-orang miskin di jalan,
yang tinggal di dalam selokan,
yang kalah di dalam pergulatan,
yang diledek oleh impian,
janganlah mereka ditinggalkan.

Angin membawa bau baju mereka.
Rambut mereka melekat di bulan purnama.
Wanita-wanita bunting berbaris di cakrawala,
mengandung buah jalan raya.

Orang-orang miskin. Orang-orang berdosa.
Bayi gelap dalam batin. Rumput dan lumut jalan raya.
Tak bisa kamu abaikan.

Bila kamu remehkan mereka,
di jalan kamu akan diburu bayangan.
Tidurmu akan penuh igauan,
dan bahasa anak-anakmu sukar kamu terka.

Jangan kamu bilang negara ini kaya
karena orang-orang berkembang di kota dan di desa.
Jangan kamu bilang dirimu kaya
bila tetanggamu memakan bangkai kucingnya.
Lambang negara ini mestinya trompah dan blacu.
Dan perlu diusulkan
agar ketemu presiden tak perlu berdasi seperti Belanda.
Dan tentara di jalan jangan bebas memukul mahasiswa.

Orang-orang miskin di jalan
masuk ke dalam tidur malammu.
Perempuan-perempuan bunga raya
menyuapi putra-putramu.
Tangan-tangan kotor dari jalanan
meraba-raba kaca jendelamu.
Mereka tak bisa kamu biarkan.

Jumlah mereka tak bisa kamu mistik menjadi nol.
Mereka akan menjadi pertanyaan
yang mencegat ideologimu.
Gigi mereka yang kuning
akan meringis di muka agamamu.
Kuman-kuman sipilis dan tbc dari gang-gang gelap
akan hinggap di gorden presidenan
dan buku programma gedung kesenian.

Orang-orang miskin berbaris sepanjang sejarah,
bagai udara panas yang selalu ada,
bagai gerimis yang selalu membayang.
Orang-orang miskin mengangkat pisau-pisau
tertuju ke dada kita,
atau ke dada mereka sendiri.
O, kenangkanlah :
orang-orang miskin
juga berasal dari kemah Ibrahim