Sabtu, 14 Desember 2019

Antara Dolob, Da Shima dan Forum Ali Antoni

Curcol kepagian :

Seorang kawan yang sudah dua tahun ikut saya, membantu pekerjaan2 saya, seorang mahasiswa psikologi UGM, semester tiga, tiba2 mengatakan pada saya, bahwa filsafat tidak menolong hidupnya.

Ya, sempat satu semester dia gandrung pada filsafat. Itu bukan pelajaran kuliahnya. Mungkin efek karena ikut saya, dan tema obrolan saya tdk jauh dr filsafat.

Saya langsung kasih saran, tidak usah belajar filsafat jika tdk ada manfaat. Inti dr ilmu itu manfaat. Untuk apa mempelajari sesuatu yg bagimu mubadzir. Walau bagi orang lain bermanfaat.

Filsafat bukan ilmu buat gaya-gayaan, seolah merasa cerdas.

Filsafat itu cabang ilmu yg sangat rumit. Saya masuk ke sana sempat pula kebingungan, ini ilmu model apa. Saya kira dimulai dr Socratess, ternyata ada pra Socratess.

Akhirnya saya amati pelan2, sampai kemudian saya bertekad masuk kuliah lagi, ambil pasca sarjana, yg isinya cuma mempelajari filsafat.

Dari sana, saya baru paham, dan bisa menyambungkan, fungsi filsafat dalam urusan real sehari2.

Saya bertemu komunitas baru.

Mereka keren, menurut saya. Bisa punya duit cukup. Waktu itu saya masih agak melarat. Filsafat membantu pundi2 uang saya berjumlah kali lipat. Makanya saya heran kalau ada orang yg belajar filsafat, kesusahan urusan uang.

Dia ndak bisa memakai ilmunya. 

Uang itu bukan hal rumit. Dia cuma sektor dalam hidup ini. Karenanya orang filsafat, jika dia tdk kaya, itu klo dalam agama, sengaja zuhud, klo mau, uang menumpuk. Tp mrk tdk pernah kekurangan, kalau punya program, jalan semua.

Agak susah menjelaskan kehidupan mrk, terlebih pekerjaan mrk tdk lazim, sama dgn orang lihat saya, taunya cuma penulis di fesbuk, selebihnya nganggur. Tp kok sangat sibuk?

###

Tulisan ini sangat panjang, sengaja saya penggal di sini, biar anda memutuskan mau lanjut atau tidak.

Mumpung sabtu pagi ini saya agak longgar, sebelum lanjut tidur setelah ini.

Pernah saya unfriend seseorang hanya krn dia komen, panjang betul tulisannya, capek bacanya.

Saya kasian ama dia, drpd capek, saya unfriend saja, saya tak mau merepotkannya.

Lanjut lagi ya.

Filsafat, selama ini tampil dgn wajah yg menakutkan, itulah yg membuat filsafat susah dipahami, dan jd ajang sok sok an.

Padahal, bisa tampil dengan muka yg santai, ndeso, dan ramah.

Tulisan2 untuk fanpage Dolob vs Jarkoni, saya memakai filsafatnya Roland Barthes.

Yang agak rumit, fanpage Forum Ali Antoni, itu ramuan dari Gramsci, Spivak, Sartre, Nietzsche, dan sedikit Karl. Karenanya fanpage ini ndak bisa sesantai Dolob. 

Sedang untuk akun ini, saya lebih memakai Lacan, Freud, dan Zizek.

Menjadi memusingkan jk saya tampilkan nama2nya. Karena itu selama ini, saya simpan.

Ini cuma sbg contoh, bahwa filsafat jk ditampilkan dgn lembut, pembaca tdk tau, ada landasan filsafat di dalamnya.

Klo yg pamer2 filsafat, selalu nyebut2 nama yg mrk suka dalam postingan, itu baru anak filsafat kemaren sore.

Entah krn alasan mau pamer, atau lain hal. 

Terus tokoh Islamnya mana?

Nah, ini saya kurang tertarik masuk ke sana. Padahal Islam sempat menyumbang nama2 besar dalam dunia filsafat. 

Satu catatan penting, Islam merosot sampai skrg, karena mrk meninggalkan filsafat. Alam logika tak dipakai lagi. Inilah yg membuat dunia Islam terpuruk hingga kini.

Renaissance, awal pencerahan bagi Eropa, sekaligus menjadi mendung pekat dalam dunia Islam.

Terlebih bangsa ini. Kita tak akan pernah bangkit, jika kita tdk mau memakai logika. Lebih mengutamakan emosi sebagai warga negara. Gampang dibodohi penguasa. Dan gila belanja, konsumtif. 

Begitulah, jika kita melupakan ajaran Tuhan, jika mau bahagia di dunia dan akherat, pakai ilmu. Sementara ibu dr ilmu, adalah filsafat. Bagaimana anda mencari ilmu, tp anti pada rahim yg melahirkannya?

\M/