Lebaran masih lama, bulan puasapun masih beberapa hari lagi. Seperti tahun tahun sebelumnya, sesuatu yang itu itu ajah, terjadi lagi! ,tak ada hal baru yang menantang 'andrenalin'.
Harga sembako, bukan cuma melonjak tapi "melompat" sangat tinggi sekali. Kenaikanya sudah tak bisa diprediksi sama sekali, oleh pakar ekonomi sekalipun. Tingginya tingkat komodity dimasyarakat kita, menjadi sasaran empuk para cukong, kaum kapitalis yang semakin 'sakkarepe dewe' mengatur sendi perekonomian sampai lapisan paling bawah. Masyarakat kecil seperti dicocok hidungnya, tak berdaya dan tak bisa berbuat apa apa.
Tingkat kebutuhan hidup manusia yang semakin tinggi tidak dibarengi dengan inkamperkapita kaum buruh, pegawai dan para petani masyarakat bawah. Akibatnya kreatifitas yang tak pada tempatnya terus tumbuh kembang bagai jamur di musim penghujan.
Bagi yang punya usaha apapun saja, hati hati dengan semakin ramainya para pengunjung. Toserba misalnya, Semakin ramainya tempat usaha biasanya semakin ramai pula tingkat prncurian barang, kosmetic barangnya cilik harganya mahal sering jadi sasaran. Di gudang setiap ada pengiriman barang ditungguin sampai selesai dan dipastikan aman, sampai selesai penurunan barang, kembali menutup pintu gudang, disarankan pintu cuma satu supaya mudah dikontrol, gak banyak membuka celah. Dan satu lagi yang perlu mendapatkan perhatian adalah droping barang yang display langsung, misal roti bakery, dan es cream sangat rawan sekali terjadi, pencurian dari pengalaman lapangan berani 10-20 persen babkan lebih. Intinya adalah 'jangan percaya pada sales apapun kecuali di Check'.
Acara televisi simbol dari kondisi marginal metropolis kita yang sangat memuja kapitalis, Iklan adalah sebuah mesin dari industrialisasi yang membuat masyarakat yang gak tau jadi tau, yang tak minat beli, jadi pengen beli bahkan nekad sampai utang untuk memuaskan semua nafsu dan ambisi hidup manusia yang sangat rendah. Pada dasarnya masyarakat kecil itu hanyalah korban dari sebuah sistem yang terjadi dan mengakar di pemerintahan kita sekarang ini.
"Puasa" sebuah mekanisme membentuk karakter daya tahan yang kuat. Membentuk Mental yang tangguh, manusia yang : "ora getunan, ora ngumuman, ora aleman, ora getunan". Spirit puasa sangat kontra sekali dengan budaya de industrialisasi yang mendesain manusia hanya sebagai obyek saja, untuk memuaskan keinginan beberapa golongan saja.
"Sebentar lagi Ramadhan tiba, marilah kita kembalikan esensi puasa kepada hakikat dari puasa yang sesungguhnya"
Nardi Wijaya - beranda WEKA
Jumat 06 juni 2016 19.00 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar