Kamis, 30 Juni 2016

GUS MUS : MENUJU CAHAYA ILAHI

fiqhmenjawab.net ~ Cahaya Ilahi ibarat ceruk di dinding yang di dalamnya ada pelita besar yang benderang; pelita itu berada dalam kaca yang cemerlangnya bagaikan bintang gemerlap. Pelita itu dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, pohon zaitun yang senantiasa mendapat sinar matahari sejak terbit dari timur hingga tenggelam di barat. Minyaknya saja nyaris menyinari sekalipun tak tersentuh api. Cahaya di atas cahaya. Allah membimbing kepada cahayaNya siapa saja yang Ia kehendaki. (Baca QS. 24: 35)

Tamsil yang dibuat oleh Sang Pemilik Cahaya itu sungguh luar biasa. Bayangkan. Pelita benderang di dalam kaca cemerlang dengan minyak yang berkilauan berada di ceruk dinding. Dalam ceruk, pastilah cahaya benderang pelita dalam kaca cemerlang dengan minyak berkilauan itu terfokus. Hamba yang dikehendakiNya, pastilah sangat mudah mendapatkan cahaya di atas cahaya itu.

Baca juga: GUS MUS; AKHLAK MULIA

Pertanyaannya: siapakah kira-kira hamba Allah yang Ia kehendaki mendapat bimbingan ke arah cahayaNya itu? Tentu kita tidak tahu persis. Namun setidaknya kita dapat menduga dengan mencermati firman-firmanNya. Kita pun bisa membatasi wilayah pencarian kita terhadap hamba yang Ia kehendaki itu, misalnya, dalam kalangan hamba-hambaNya yang ia senangi.

Menilik firmanNya di surah Baqarah (QS.2: 257), orang-orang mukminlah yang Ia keluarkan dari kegelapan-kegelapan menuju ke cahayaNya. Lawannya adalah Thaghut, setan, yang menarik dari kebenderangan cahaya menuju ke pekat gelap.

Sementara orang mukmin yang dicintai Allah ialah orang mukmin sejati. Hamba mukmin yang sabar, yang adil, yang pemaaf, yang suka mensucikan diri, yang tawakkal, yang berbuat baik, yang tahu berterimakasih, yang tidak berlebih-lebihan, yang tidak sombong, yang tidak zalim, yang tidak membuat kerusakan di muka bumi, yang tidak khianat, yang tidak suka membanggakan diri, dan seterusnya. Pendek kata hamba yang takwa kepadaNya. Dan takwa itulah yang diharapkan dari puasa kita. (Baca QS.2: 183).

Baca juga: GUS MUS: JADI MANUSIA ITU HARUS PENGERTEN

Apabila dalam puasa ini, kita melaksanakannya dengan ikhlas, hanya mengharapkan dengan keyakinan penuh mendapatkan ridha Allah; menjaga hati pikiran dan indera kita agar tidak melanggar angger-angger-Nya; insya Allah kita akan dimudahkanNya menjadi hamba yang bertakwa. Apalagi bila kita dapat menghayati pendidikan puasa ini dan dapat memperoleh darinya kekuatan menahan diri, menutup jalan setan –yang berupa syahwat dan amarah– menuju diri kita, dengan izin Allah kita akan terjaga oleh MahacahayaNya dari tarikan setan yang ingin menjerumuskan kita ke dalam kegelapan yang berlapis-lapis.

Quran, sebagai firman Allah yang turun di malam Qadar di bulan Ramadan, tak pelak merupakan Mahacahaya yang benderangnya melebihi seribu purnama. Wahai siapakah yang berbahagia tercerahi olehnya. (Gus Mus)

Al Qur’an surat An-Nuur ayat 35:

اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ ۖ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ ۖ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لَا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ ۚ نُورٌ عَلَىٰ نُورٍ ۗ يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ ۗ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Al-Baqarah ayat 257

اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”

Baca juga: GUS MUS: KEISTIMEWAAN PUASA RAMADAN

Al-Baqarah ayat 183

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Editor: Nasyit Manaf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar