Jumat, 10 Juni 2016

Tadarussan (2)

#Tadarrussan_2
#Taddabburr
#Baitul_Muqqorrobbiin

Puasa hari pertama ini tak begitu terasa, hampir seperti hari-hari biasanya, apalagi cuaca seharian mendung dan dipuncaki air yang turun dari langit sekitar jam tiga tanpa ada gludug atau angin, langsung "mak bress !!", setengah jam, alhamdulillah hujan turun bawa rejeki.

Aktifitas, berjalan seperti biasa walau agak melambat, akan tetapi alur intensitas masih cenderung normatif dan kondunsif. Apalagi di daerah Ngawi dst. berbarengan dengan musim panen padi tiba, dan beberapa petani melon yang sudah mulai panen pekan sebelumnya.

'Puasa menuju makan yang sejati', inilah sebenarnya yang sangat sulit untuk ditemukan, di dalam keseharian yang terjadi disekitar lingkungan. Segala sektor sendi perekonomian dipedesaan sudah terkontaminasi de industrialisasi, dari sektor perdagangan dan pertanian yang jadi ujung tombak mata pencaharian semuanya sudah di atur dan dikontrol oleh per-Bank-kan. 'Manusia berseri' yang terus tumbuh kembang di masyarakat dan tak bisa lepas sampai mati. Walau sebenarnya nilai riil jauh lebih besar tapi sudah terlanjur masuk dan tak bisa lepas dari 'sistem' yang sangat dominan di masyarakat.

Entahlah, sampai kapan kesadaran akan mulai tumbuh lagi? Lha, 'rumangsane',, kabeh iku apiek-apiek wae !. Lha nek wes ngeneki, trus kudu kepriya ? Kejahatan yang sangat terstruktur sangat rapi, sampai semua masyarakat sama sekali tidak menyadari, bahwa 'ia' hanya di jadikan 'obyek' ! Tak menyadari potensinya yang sebenarnya adalah sebagai 'subyek'.

Nilai nilai puasa yang lebih menekankan pada 'ngempet babahan howo songo', membangun sebuah karakter 'daya tahan' yang mulai harus terus ditumbuh kembangkan, menjadi sesuatu yang sangat 'hil yang mustahal' , untuk situasi dan kondisi saat ini. Puasa hanya tak lebih dari upacara bendera, "seremonialnya" saja. Masih butuh waktu yang teramat panjang , untuk melahirkan bibit bibit baru dari 'pelok-pelok' yang hari ini terus menerus kita tanam.

Suara lantunan ayat ayat suci masih terus berkumandang, memenuhi langit langit sampai jam sebelas malam. Jujur dan terus terang ajah, ini menjadi 'berkah buat WEKA' yang sudah istiqomah '7 tahun', Buka sampai malam. Minimal selama sebulan plus seminggu Lebaran, jadi 'akeh seng ngancani Melek Bengi' !!.

"Aku kadang kadang jadi binggung njawabnya ketika ditanya : selama bulan puasa 'syetan-syetan' nongkrongnya dimana yah .??   :-)"

#Bukan rahasia lagi, selama bulan suci ramadhan "syetan-syetan" podo dikrangkeng (dikurung), berarti kalo selama bulan suci ramadhan masih ada tindak kejahatan berarti bukanlah "bisikkan syetan lagi", akan tetapi karena " Manusia yang telah nyaman menjadikan dirinya sebagai pemeran Syetan yang nyata di dunia".

Nah,, kepada manusia yang sudah ber'metamorfosa' inilah mestinya kita membangun hubungan yang 'khusus', agar dapat mengenali dan memahami "nyotrekne" sopo seng sak benere nilai seni kehidupan untuk memasuki dimensi "Puasa, menuju makan yang sejati !!".

#pojok_beranda_weka
06 juni 2016 jam 21.25 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar