The Power of Proses #7
"Kapan? saya bisa punya usaha sendiri, yang duit/uang mau nyamperin ke saya sendiri?!'
Dialog imajiner saya sendiri, waktu berangkat bakulan pada sebuah gubuk dengan atap kirai di tengah hutan sebelum nyampai kampung tujuan tapi hujan sudah keburu datang terpaksa berteduh, pikiran, angan2 melayang.
Bukan seperti usaha yg selama ini, untuk menjemput rejeki saya mesti hrs mendatangi rumah ke rumah, kampung ke kampung, desa ke desa kalau musim hujan tiba banyak kendala di lapangan, jalan gunung naik turun, licin belum lagi tanah merah yg lengket.
Bukan karena kurang bersyukur, tapi kegelisahanku ini terjadi secara alami dan secara naluri usaha mesti hrs berubah. Afirmasi sekitar 10th di Anyer kala itu semakin membuat malam2ku gelisah, tapi mesti mulai dari mana, saya benar2 gak tau jawabnya?
Ngelmu iku, kelakone kanti laku.
"SUKSES, Tak butuh orang yang pintar, sukses itu hanya butuh orang yang tekun dan telaten, yang bisa fokus, sabar, tekun, telaten dan konsisten pada apa yang di kuasai sehingga bisa menjadi hobbi dan bisa nguripi".
Secara pengetahuan dan logika pemikiran ini saya sangat paham, jelas dan detail sekali kata demi kata yg menjadi kalimat sugesti dan motivasi itu, tapi buat saya implementasikan dalam kehidupan sehari2, susahnya setengah mati, ketika anak nangis minta susu?, dan istri terpaksa "berbohong" ke tukang warung harus ngutang dgn alasan uang ketinggalan itu sudah cukup bukti bagi sy sebagai bpk, pemimpin dalam rumah tangga, meski sorenya pulang jualan langsung di bayar ke warung lagi.
Ini pasti ada yg salah? ini pasti ada yg gak beres? dan ini jelas gak bener entah pada niatku, diriku, usahaku, tempat lokasi tinggalku dan semua itu semakin membuatku gelisah?
Jujur meski cukup lama merantau, sampai total 20th kesadarannku tetap pengen pulang kampung? Tapi modalku apa? Meski mulai dari mana, hingga di medio 2007 itu saya buka toko WEKA, dengan modal awal 500an sisa dari pulang kampung pasca banjir Ngawi yg lumayan besar itu, karena Lebaran sy gak bisa pulang, karena keadaan, uang!!.
"Selama total 20th merantau itu 2X sy gak bisa pulang mudik Lebaran di kampung halaman, rasanya mbrebes mili tenan. Lebay, perasaanku beneran campur aduk gak karu2an!!"
Alhamdulillah sejak ada usaha tambahan, warung kecil2an dan sy tetap terus rutin juga bakulan pelan2 kehidupan mulai nyaman, agak mendinganlah, dari pada proses sebelumnya. Apalagi ada tukang Bata merah orang dari Bloro yg minta belanja harian kiriman.
Waktu terus berjalan, celah peluang untuk WEKA berkembang mulai terbaca polanya, pilihannya mulai dilema, karena secara naluri saya teguh pilih untuk usaha di kampung.
Hingga pada suatu malam dapat telpon dari kampung bapak sakit. Meski usaha sudah jalan tetap saja kehidupan masih pas2an, sy belum bisa menabung. Hampir seminggu penuh itu setiap malam selalu dapat telpon dari kampung, ketika bapak kambuh sakit.
Hidup di perantauan makin gak tenang, pikiran fokus makin pecah, dan otomatis hidup dalam kebinggungan, kebimbangan itu makin membuatku semakin resah dan tambah gelisah. Hingga kesabaranku memuncak dan saya nekad memutuskan bali kampung!!
Dengan mobil balen barang dari pasar buah cibitung di tahun 2009, saya pulkam ke Ngawi. Dengan niat mempertahankan spirit dan mental usaha di rantau saya mencoba nasib dan hari baru di kampung halaman.
Hal tersulit untuk memutuskan pulkam adalah bagaimana cara mindset dan mental saya pulkam bukan sebagai pecundang tp pejuang!!
#CatatanSebuahProses \M/
WEKA Express 1989 - 2020**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar