Sabtu, 30 Desember 2017

LGBT

LGBT

Kaum Luth a.s termasuk kaum yang banyak dikaruniai kelebihan. Mereka suka bersatu dan bergotong royong, dan biasa berangkat kerja sama–sama,

meninggalkna istri dan anak-anak mereka di rumah.

Iblis tidak menyukai hal itu dan banyak upaya yang dilakukannya, tapi kurang berhasil.

Sungguh sulit menyesatkan kaum suka persatuan.

Akhirnya dia mendapat ide. Setiap kali mereka pulang kerja, hasil kerjanya dirusak dan dihancurkan oleh si terkutuk Iblis.

Esok harinya mereka bertanya siapa gerangan yang merusak pekerjaan meraka, membuat hari-hari mereka sia-sia, dan memperlambat produksi.

Kerja mereka menjadi tidak efektif. Mereka kesal sekali, sehingga mereka sepakat bahwa jika si pelaku tertangkap, akan dijatuhkan hukuman berat.

Pada hari-hari berikutnya Iblis menjelmakan dirinya menjadi seorang anak muda yang manis sekali tampangnya.

Ketika kaum Luth pergi kerja keesokan harinya, mereka melihat anak itu dan menyadari bahwa anak itulah pelakukanya.

Maka, langsung saja mereka kejar dan tangkap anak itu. Dan setelah anak itu mengakui perbuatanya, mereka memberi hukuman mati kepada anak yang berwajah manis dan menawan itu.

Sambil lebih jauh, mungkin agar ketahuan siapa orang tua atau kerabatnya, atau supaya diadili lebih dahulu, mereka memutuskan untuk mengurung anak itu menggilir orang untuk menjaganya.

Malam itu juga, ketika sudah memasuki waktu tidur, si anak itu (Iblis) pura-pura sedih dan meratap. Karena terganggu, dan mulai merasa kasihan, si penjaga menghampirinya sembari bertanya. “Ada apa denganmu?”

“Ayahku selalu memelukku saat aku hendak tidur,” jawabnya.

Si penjaga menjadi tidak tega. Akhirnya dia katakan, “Ya sudah, sini aku peluk”. Ketika sudah di peluk, si anak (Iblis) membuat gerakan-gerakan yang membangkitkan syahwat orang itu, terus menerus hingga hasratnya sudah terlihat, si anak mengajarkan apa yang harus dilakukannya, sampai akhirnya perbuatan sodomi pertama dalam sejarah peradaban manusia pun terjadi.

Pagi harinya, ketika dia bangun, anak itu sudah tidak ada. Orang itu pun menceritakan segala yang terjadi dengan berapi-api, dan mencotohkannya. Teman-temannya menjadi penasaran, hingga akhirnya mereka saling mencoba melakukannya juga.

Akhirnya, hari demi hari, kerusakan moral itu menyebar luas dan menjadi kebiasaaan.

Iblis adalah yang pertama mengajarkan, lalu diteruskan oleh orang yang menggaulinya itu. Tidak puas dengan itu, Iblis harus menyelesaikan misinya.

Dia sekarang menjelma sebagai seorang wanita dan pergi memengaruhi kaum wanita sambil mengabarkan,

“sesungguhnya laki-laki kalian sudah saling suka sama suka, kalian sudah tidak dibutuhkan lagi.”

Iblis itu lalu mengajarkan hal baru kepada kaum wanita, sehingga mereka saling mencukupi satu dengan lainnya.

Dari seringnya hal itu sampai akhirnya tanpa rasa malu, mereka melakukanya secara terang-terangan.

Bahkan kalau ada musafir dari kota lain, mereka rampok dan tega memerkosanya.

Allah Swt. Mengutus Nabi Luth a.s bertahun-tahun beliau berusaha menyadarkan dan mengembalikan mereka kepada yang benar, tetapi mereka menutup telinga dan hati, bahkan menganggap Luth sebagai pengganggu gaya hidup mereka.

Dan (Kami juga telah mengutus) Luth, tatkala dia berkata kepada kaumnya, “Mengapa kamu mengejakan perbuatan Fahisyah (keji) itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seoarang pun sebelumnya? Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu, bukan kepada perempuan. Kamu benar-benar kaum yang melampaui batas.” (QS Al-A’raf [7] 80:81)

Ketika mereka merasa bahwa Luth terlalu sering mencampuri urusan-urusannya, mereka memutuskan untuk mengusir Luth beserta para pengikutnya.

Dan jawaban kaumnya tiada lain hanya berkata, “usirlah mereka (Luth dan pengikutnya) dari kotamu ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura menyucikan diri.” (QS Al-A’raf [7]: 82)

Bersambung........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar