Curcol pagi
Beberapa kawan pernah mau mampir ke rumah saya, alasannya, mau liat studio lukis atau galeri karya2 lukis yg ada.
Lalu semua saya jawab, "Saya ndak punya studio, melukis cuma di teras kecil, apalagi galeri, semua lukisan saya selalu terjual habis, pagi bikin sore laku, siang bikin malam sold out, sehingga tak ada stock lukisan."
Ini jawaban tdk bohong.
Saya memang melukis cuma di teras, dan tak ada stock sama sekali.
Saya agak malu dikit aslinya, sbg pelukis tp tak punya karya banyak di rumah.
Prinsip saya lukisan memang harus lepas, entah bagaimanapun caranya.
Dijual, diberikan, dijadikan hadiah, dsb.
Agar jejak waktu yg saya buat menyebar.
Makanya alangkah eman klo anda tdk mengoleksinya, mumpung murah saat2 ini.
Dan pasti berubah harganya puluhan tahun nanti, itu klo dilihat dr segi investasi.
Belum lg nilai historisnya, aspek sosialnya, krn dr sana, banyak dana jatah buku gratis berasal. Disamping bantuan kawan2.
Saya sendiri enak, tdk ngeluarin apa2 kcl energi dan ide.
Mengapa sy tdk mau bersikap spt seniman profesional?
Satu, saya bukan seniman.
Dua, saya tdk bisa profesional.
Dua kata itu terlalu mewah.
Saya ngeri disebut seniman, penulis, sastrawan, penyair, perupa, dan tetek nenen lainnya.
Meskipun jejak2 saya masih ada.
Mencari di google, perupa ali antoni, atau penyair ali antoni, masih mudah ditelusuri, tp saya tinggal itu semua.
Menjadi cuma sekedar bakul onlen kecil2an, tp bisa menyebar ribuan buku gratisan, serta ribuan lukisan murah, itu lebih membuat hidup saya tdk sok.
Krn potensi sombong, sy punya banyak.
Cerdas, penyair, pelukis, kurang apalagi, bisa jd orang kemaki kapan saja.
Tapi tidak sajalah.
Bahkan tetangga2 saya tdk tau posisi saya, mereka kira saya cuma bakul buku, dgn hobi menggambar, dan itu lebih menyenangkan.
Semakin orang tdk tau siapa kita, semakin membuat kita bahagia.
Diejek, bertemu kawan lama, dikira tdk berkembang, direndahkan, bahkan ada yg mengira saya masih jd guru honor, membuat saya bertemu mrk tdk susah nyetel tingkah.
Itu karenanya semua kawan lama saya di fb ini saya hapus semua, paling menyisakan lima orang saja, agar mrk tidak tau proses saya.
Ketika orang berlomba bergaya, saya memilih direndahkan saja.
Lebih enak, lebih bahagia.
Mantab...
BalasHapus