Senin, 03 Februari 2020

PUISI SOERYO SINGIT #2 Ali Antoni

Ning, tubuhku payah dua hari ini. Dan tak banyak yg bisa aku lakukan, kecuali hanya terbaring, membalurkan minyak gosok, dgn bau menyengat, muka kusut, dan tak punya ambisi apapun, kecuali menuntaskan dharma yg sudah digariskan.

Aku tidak canggih lagi Ning, tdk spt dulu, gagah mjd spt penyair, atau sok sbg penulis dan sombong bak seniman.

Semua rasa itu hilang Ning, aku sadar gagal utk jd semuanya, bahkan hanya jd sekedar manusia saja, masih terus belajar.

Untung masih ada dirimu Ning, yg tau semua rapuhku, dan pada lacimu aku sembunyikan semua ketololan, dan topeng2.

Makin ke sini, aku makin belajar, bahwa hidup bukan utk membuktikan pada siapapun bahwa kita hebat atau menang. Sebab melawan diri sendiri saja, aku sudah kesusahan.

Pada kesunyian yg panjang, pada sakit yg sering menyerang, pada mimpi2 yg hanyut terbuang, dan pada semua ambisi yg menggoda senang, aku sandarkan kapal nafsu ini, di dermagamu Ning.

Spt yg aku katakan dulu, aku sudah bosan melaut, anginnya sering bikin aku mabuk.

**( ∆|! ∆π÷oπ! )**
Jambi, 7 mei 1982.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar