Minggu, 23 Februari 2020

Curcol kepagian #59 (Ali Antoni)

Setiap anak kecil/balita adalah seniman.

Kasih mereka kertas dan crayon, atau spidol/pensil/pulpen, maka dalam sekejap tanpa mikir panjang, mrk akan mencoret2 bebas tanpa banyak pertimbangan.

Dengan penuh semangat mrk bisa mengambar banyak kertas sekaligus, tak cuma satu, bahkan tembok bisa penuh dengan coretan2 mereka.

Beranjak sekolah tk, kreatifitas mrk mulai menyusut. Guru2 di TK mulai membelenggu kreatifitas mrk. Menggambar mulai ada aturan. Mewarnai juga banyak aturan. 

Lanjut SD, makin bingung lagi, anak2 makin tdk bebas menggambar.

Lanjut SMP, SMA, semua kreatifitas jadi hilang, lenyap semua. Mereka tak mampu menggambar apapun, kecuali hanya bbrp saja, itupun hanya bisa menggambar bentuk dan wajah, potret, benda2, bukan gambar abstrak atau bebas.

Sekolah berhasil menjadikan kreatifitas anak2 Indonesia hanya siap jadi karyawan. Tak ada imajinasi, tak ada alternatif pikiran, semua tujuannya sama, kerja, cari uang.

Padahal dengan kreatifitas, mrk bisa menghasilkan uang, bukan cuma mencari.

Ketakutan orang tua dan sekolah terhadap masa depan, karier, justru membuat anak2 malah tidak berkembang.

Jutaan anak2 dicetak dgn otak yg sama. Padahal Tuhan bikin otak biar berbeda2.

Lihat saja bagaimana pengetahuan seni umumnya. Gambar bagus adalah pemandangan dan lukisan wajah. Dan kerusakan cara berpikir dimulai dr membelenggu ekspresi seni mrk sejak dini, tak disadari orang tua.

Apa hrs menjadi negara maju dulu, baru anak2 berhak mendapat kebebasan belajar?

Apa nasib negara miskin selalu memiliki ciri buruk kualitas pendidikannya?

Sudah tak bisa menikmati seni, tak suka membaca, cita2nya hanya kaya raya, kerja keras bukan demi visi hidup, tp cuma sugih.

Yang bisa kaya akan sombong jumawa, yg tak mampu kaya, jadinya iri. Yang bisa licik, akan korupsi. 

Sungguh hebat ciri bangsa gemah ripah loh kok gini ini.

\M/

(Jaga kreatifitas anak2mu dari bahaya sekolah.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar