KHIDIR DAN NUSANTARA
Sebenarnya saya sangat terlambat untuk mempelajari seni, usia hampir setengah abad cuma dihabiskan untuk bertahan hidup, nature belum mengenal konsep, terjebak hidup.
Tak mau terus menyalahkan nasib, takdir, ibu bapak bisa ujungnya nanti malah menyalahkan Tuhan. Apalagi menjelang transisi usia kematangan empat puluh masih di bertemu Ali Antoni. Anak muda dengan ide dan semangat pemberotakan tinggi yang di buang, lebih asyik.
Hidup tak seideal ideologi dan pemikiran, tak mau terlarut terjebak terus kegamangan, proses tetap harus diteruskan. Satu persatu persoalan mulai terselesaikan.
Tentang seni rupa saya buta, tak tau peta. Satu-satunya parameter yg saya pakai insting saja, sangat jauh dari nalar apalagi logika. Ibarat makanan karena saya lapar langsung sikat, kenyang itu cuma efeknya. Mungkin begitu kali logikaku terhadap dunia baru seni rupa, begitu keinginan kuat, nyelengi langsung beli., simple.
Tentang Ali, banyak yang tidak saya tahu, daripada saya sok tau. Yang pasti pertama kali ketemu udah lemu githu, dan pemalu serta sangat sopan tutur katanya tegas cermat tertata rapi satu persatu tapi tak mampu menutupi kharismanya, auranya sanggar, kuat simbol pola dari sebuah energi spirit yg dasyat.
Sangat kontras dengan ide-ide sesatnya dalam buku dan tulisane. Dan yg sempat buat saya kaget adalah tidak merokok dan tidak ngopi, ini yg sering buat teman salah kaprah dan pernah jadi noice ketika beberapa kawan beretotica. Tapi katanya dulu pernah merokok juga waktu saya tanya, mungkin cuma melegakan saya ajah. Gak penting itu bagiku, setiap manusia pasti punya masa lalu.
Baru semalem mas Ali buka-bukaan ketika pertama saya ambil Lukisan besarnya, bajinguki,, siapa orang ini ambil lukisan besar tanpa punya basic dunia seni dan teater, katanya terus sambil ngekekkk.. ngekekk.. Asenmi ternyata selama iki ia tidak tau kalau saya sedang akting macak polos dan lugu.
Begitulah semua mengalir, nature alami seperti orkestra senesta. Tak ada ikrar tak ada janji semua saling cek niat pada hati sendiri sebagai control utama segala kesibukan dan kreatifitas hidup seharian bersama keluarga.
Kalau ada niat yang salah pasti payah hidupnya!! Gampang saja katanya untuk melihat proses hidup kita ini apa ada yg salah adalah kwalitas hudup bersama keluarga kwalitas usaha dan lingkungan disekitarnya.
Dari karya Lukisan big size ke tiga Ali Antoni ini baru ngeh semalem saya. Saya merasa di angkat dan di bawa terbang dari sebuah keadaan. Saya paham betul, dan gak pernah mau doktrin karena hanya akan menghilangkan otentik jiwa keliarannya dalam melahirkan ide baik berupa buku atau tulisan dan Lukisan.
Bagiku Ia, sudah seperti sahabat, kawan, saudara sekaligus guru keduaku, setelah mas Wahyu. Sering jadi teman setia diskusiku, tentang pola, usaha, ilmu dan popitik strategi hidup tentang teori barat dan timur.
Dan saya selalu memanggilnya dengan kata Mas, Mas, njenengan dereng tilem, begitu?! Meski setelah aku tau, ternyata saya lebih tua.
Keinginanku hanyalah sederhana saja, semua kawan Dolobvers, segera dapat mengoleksi karya Lukisannya secara merata semuanya.
"Dua wajah yang tidak akan dilupakan seseorang yaitu : Wajah yang menolongnya saat dalam kesulitan dan Wajah yang meninggalkannya sendirian tatkala dalam kesulitan."
(Sayyidina Husayn bin Ali bin Abi Thalib)
WEKA Ngawi 22 Januari 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar