Ngaji Kitab Suci #3
Kitab Al Qur'an yg selama ini kita baca, ternyata memiliki sejarah yg rumit, dalam penyusunannya utk dibuat dalam bentuk kitab.
Pada zaman awal Islam, Rasulullah menunjuk bberapa sahabat, menjadi juru tulis, setiap wahyu datang. Mereka menuliskannya di lembaran kulit hewan.
Tulisan yg dibuat, langsung dalam pengawasan Rasulullah.
Diantara sahabat itu adalah Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Tsabit.
Disamping sahabat2 yg ditunjuk, sahabat lain pun ikut menulis.
Terserak mereka menuliskannya pada pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, dan potongan tulang belulang binatang.
Belum dalam bentuk kitab utuh, sampai Rasul wafat.
Ayat2 Al Qur'an turun tdk berurut spt yg ada dalam kitab sekarang. Susunannya yg dimulai dr Al Fatihah sampai Al Ikhlas, itu disusun oleh Allah langsung, dan Jibril rutin membacakannya pada Rasul setiap Ramadhan tiba.
Banyak penghafal Al Qur'an zaman Nabi, dan mereka menyodorkan secara rutin hapalan tersebut, diantaranya :
Ali bin Abi Thalib, Muaz bin Jabal, Ubai bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, dan Abdullah bin Mas’ud.
Zaid bin Tsabit ra. adalah orang yang terakhir kali membacakan Al-Qur’an dihadapan Nabi.
Sampai kemudian masuk zaman Abu Bakar.
Terjadilah peperangan Yamamah yang pada tahun 12 Hijriyah - melibatkan sejumlah besar sahabat yang hafal Al-Qur’an.
Dalam peperangan ini tujuh puluh sahabat penghafal Al-Qur’an gugur.
Umar bin Khatab merasa sangat khwatir melihat kenyataan ini, ia mengajukan usul kepada Abu Bakar agar mengumpulkan dan membukukan Al-Qur’an segera.
Awalnya Abu Bakar menolak keras, karena Rasulullah tidak melakukannya.
Umar terus mendesak, ia takut kalau nanti para penghafal Al Qur'an wafat semua, sementara belum disalin menjadi satu lembaran utuh, maka ditakutkan Al Qur'an akan berbeda2 isinya.
Abu Bakar sepakat, beliau menunjuk Zaid bin Tsabit untuk mengurusi hal ini.
Sama dengan Abu Bakar, Zaid menolak keras awalnya, sebab Rasulullah tdk melakukannya.
Dijelaskan Abu Bakar, Zaid pada akhirnya sepakat.
Semua tulisan dikumpulkan oleh Zaid.
Sahabat satu ini bekerja sangat hati-hati. Satu ayat, harus ada lebih dari satu bukti, dan disaksikan oleh lebih dr satu orang yg mendengar langsung ayat tersebut dr Rasulullah.
Padahal Zaid sendiri adalah penghafal langsung yg diawasi Rasul.
Ia juga yg mencatat.
Ada satu bukti kehati2an Zaid, satu ayat terakhir surah At-Taubah hanya dimiliki Abu Khuzaimah Al-Anshari, tdk ada catatan yang didapatkan pada orang lain.
Zaid tetap bersikeras mencari catatan lainnya, padahal ayat tersebut, Zaid hapal, sahabat lain juga hapal dan memang sesuai wahyu yg diajarkan Rasul.
Namun krn bukti catatan hanya satu, Zaid tdk langsung menyalinnya. Ia berusaha keras, sampai ayat tersebut disalin juga oleh yg lain.
Kerja ini tuntas, semua ayat tertulis, dan lembaran2 yg sudah utuh itu disimpan oleh Abu Bakar, lanjut ke Umar, dan terakhir dipegang oleh Hafsah, anak perempuan dari Umar.
Masuk ke zaman Usman.
Kala itu pecah perang Armenia dan Azarbaijan dengan penduduk Iraq, diantara orang yang ikut menyerbu kedua tempat itu adalah Huzaifah bin al-Yaman. Di sana ia dapatkan banyak perbedaan dalam membaca Al-Qur’an. Masing-masing mempertahankan dan berpegang pada bacaannya, bahkan mereka saling mengkafirkan. Melihat kenyataan ini Huzaifah segara menghadap Usman.
Mereka bersepakat untuk menyalin lembaran-lembaran yang pertama yang ada pada Abu Bakar dan menyatukan umat islam pada lembaran-lembaran itu dengan bacaan tetap pada satu huruf.
Agar konflik tdk berlarut, dan makin luas, Usman mengirimkan utusan kepada Hafsah, agar puteri Umar itu mau meminjamkan mushaf Abu Bakar yang ada padanya.
Hafsah sepakat.
Lalu Khalifah Usman memanggil Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Az-Zubair, Said bin ‘As dan Abdurrahman bin Haris bin Hisyam.
Usman memerintahkan pada ketiga sahabat itu untuk menyalin menjadi satu mushaf, kemudian diperbanyak, dan disebar ke berbagai wilayah Islam.
Dan bentuk penulisan2 lain dimusnahkan, agar tdk terjadi perbedaan.
Sampai sekarang, Al Qur'an bisa terus terjaga dan tidak ada perubahan, bahkan satu ayatpun. Sebab Allah sendiri yg langsung menjaga kemurnian ayat2Nya ini, sesuai dengan surat Al-Hijr, ayat 9.
**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar