Kamis, 04 April 2019

Renungan Spiritual KH. Abd Syakur Yasin, MA.

Renungan Spiritual KH. Abd Syakur Yasin, MA. Pengasuh Pondok Pesantren Cadangpinggan, Indramayu

(1)
Serahkan segala urusanmu kepada-Ku. Engkau tidak bisa apa-apa. Aku yang menyelesaikan. Karena Akulah yang paling berkuasa.


(2)
Tandanya Aku memberi ampunan dalam cobaan, ketika-Ku jadikan sebagai batu loncatan untuk mendapat pengalaman.


(3)
Ketahuilah wahai hamba-Ku ketika engkau berdo’a kepada-Ku, berarti engkau mengakui Aku adalah Tuhanmu. Dan bahwasannya pengakuanmu itu adalah inti penghambaanmu kepada-Ku


(4)
Jangan sampai lupa kontrak “MONOLOYALITAS” yang sudah engkau tanda tangani bahwa engkau hanya mengabdi kepada-Ku dan minta imbalan hanya kepada-Ku.


(5)
Diantara tanda adanya keyakinan, adalah adanya kemantapan. Diantara tanda adanya kemantapan, adalah adanya ketenangan dalam menghadapi tantangan.


(6)
Wahai hamba-Ku engkau tidak akan dapat jadi orang perkasa tanpa keperkasaan-Ku. Engkau tidak akan dapat abadi tanpa keabadian-Ku, karena engkau bukan apa-apa. Engkau hanyalah bayang-bayang-Ku.


(7)
Wahai hamba-Ku, ketika Aku membertitahu kepadamu, betapa indahnya perjumpaan dengan-Ku. Pasti engkau akan sangat bersedih hati ketika engkau Ku suruh masuk surga-Ku.


(8)
Datanglah bersimpuh menghadap-Ku dengan sepenuh hatimu, pasti-Ku beri apapun yang kau minta. Jangan hanya mementingkan permintaanmu, pasti Aku bersembunyi dan tidak akan Ku beri.


(9)
Barangsiapa menghamba kepada-Ku karena wajah-Ku, pasti penghambaannya akan langgeng. Tetapi bila karena takut kepada siksa-Ku, pasti akan mengendur. Dan bila karena mengharapkan nikmat-Ku, tentu penghambaannya itu akan terhenti.


(10)
Semua yang ada adalah milik-Ku, termasuk dirimu. Sejak kapan engkau merasa memiliki? Ketahuilah, sejak engkau tidak mengakui lagi kepemilikan-Ku terhadap alam semesta ini.


(11)
Wahai hamba-Ku, semua ini Ku cipta adalah untukmu. Tetapi mengapa engkau tergila-gila kepada ciptaan-Ku, sehingga engkau tidak pernah berterimakasih kepada-Ku.


(12)
Aku tidak suka engkau mengagumi apapun, sekalipun surga, karena Aku cemburu kepadamu. Engkau Ku cipta supaya selalu bersama-Ku. Supaya engkau menjadi tempat tampilan-Ku dan sebagai wadah Inayah-Ku.


(13)
Aku selalu menatapi dirimu tanpa tabir, tanpa batas dan jarak. Antara Aku dan engkau tak ada antara. Aku lebih dekat kepadamu dari pada dirimu. Tataplah Aku, sungguh Aku suka menatapi dirimu. Alam seluas ini adalah cermin untukmu. Tataplah yang sering cermin itu, nanti engkau akan mengenali dirimu.


(14)
Jasad itu pasti fana, sengaja Ku cipta untuk menguji roh yang ada dalam dirimu. Nafsu, syahwat dan ambisi, juga suatu ujian terhadap kesetiaan rohmu. Sifat manusiawi bukan sifat asli tetapi hanyalah godaan untuk menguji roh supaya mengetahui posisinya sendiri, sebagai apa ?. Dalam tatanan semesta ini.


(15)
Kubangun disekelilingmu tembok-tembok benteng. Karena Aku cemburu kepadamu, lalu Ku buat celah dan lubang itu, ingin melihat yang indah dan menawan ?, kalau ternyata iya, berarti betapa engkau sangat bodoh, tidak mengerti bahwa Akulah Yang Maha Indah.


(16)
Aku bukan benda yang dapat dilihat. Aku bukan pengetahuan yang dapat dicari. Aku bukan sesuatu yang dapat digapai. Aku tidak dapat ditelusuri dengan sifat-sifat. Aku tidak seperti apa-apa. Aku tidak dapat diuraikan dan diterangkan.


(17)
Wahai hamba-Ku, tidak usah engkau menyebutkan maksud dan tujuanmu kepada-Ku, karena Aku tahu segalanya. Malah yang penting seharusnya engkau mampu menguraikan dosa-dosa mu kepada-Ku. Setelah itu baru meminta kepada-Ku untuk memilihkan apa yang terbaik untuk dirimu.


(18)
Kucipta engkau bukan untuk siapapun, melainkan untuk-Ku sendiri. Kusayang engkau, jangan meminta kepada siapapun. Ku perkenankan engkau duduk bersanding bersama-Ku, jangan berkata lancang, nanti Ku usir engkau dari sini.


(19)
Wahai hamba-Ku, ketahuilah. Engkau siapa sebenarnya?. Fikirkan dulu yang dalam. Tanyakan dulu yang jelas. Jangan tebak-tebakan, dugaan, kira-kira dan barangkali, nanti keliru. Sebaiknya yang sering tataplah wajahmu dilangit yang sangat luas ini. Nah, setelah engkau mengenali dirimu, baru engkau mengenali Aku.


(20)
Engkau adalah hamba-Ku, dari roh-Ku yang Ku tiupkan ke dalam jasadmu. Kucipta dunia dan Ku tundukan kepadamu, supaya engkau tidak usah repot, hanya selalu bersimpuh di kehadiratan-Ku. Untuk itu Aku menuntut janji setiamu kepada-Ku.


(21)
Wahai hamba-Ku, janganlah berputus asa, sekalipun engkau datang menghadap-Ku dengan membawa daftar dosa yang sangat panjang. Ketahuilah ampunan-Ku sangat besar. Tetapi .


(20)
Engkau adalah hamba-Ku, dari roh-Ku yang Ku tiupkan ke dalam jasadmu. Kucipta dunia dan Ku tundukan kepadamu, supaya engkau tidak usah repot, hanya selalu bersimpuh di kehadiratan-Ku. Untuk itu Aku menuntut janji setiamu kepada-Ku.


(21)
Wahai hamba-Ku, janganlah berputusasa, sekalipun engkau datang menghadap-Ku dengan membawa daftar dosa yang sangat panjang. Ketahuilah ampunan-Ku sangat besar. Tetapi sebaliknya engkau jangan lancang, sombong, dan congkak, karena engkau membawa kebaikan yang sangat banyak. Ketahuilah Aku Maha Kaya tidak membutuhkan kebaikan-kebaikanmu.


(22)
Wahai hamba-Ku, darimana makananmu, minumanmu dan pakaianmu ?. Ingatlah baik-baik. Apabila pakaianmu hasil jahitan-Ku, dirimu akan terlindung dari teriknya dosa. Apabila minumanmu hasil perasan tangan-Ku, dirimu akan terhindar dari dahaga nafsu. Apabila makananmu dari suapan tangan-Ku, anggota badanmu akan berontak ketika diajak melakukan maksiat terhadap-Ku.


(23)
Wahai hamba-Ku, tutuplah yang rapat semua pintu hatimu. Jangan sampai ada yang masuk, apapun dan siapapun. Ketahuilah bahwasanya hatimu adalah rumah-Ku. Bila ternyata ada yang menginap di hatimu, berarti engkau telah berselingkuh.


(24)
Tak usah engkau banggakan kebaikan-kebaikanmu, karena tidak menambah luasnya kerajaan-Ku. Sebaiknya engkau sembunyikan saja di bawah onggokan dosa-dosamu.


(25)
Tundukan wajahmu. Konsentrasikan fikiranmu. Dengarkan degupan jantungmu. Ketika engkau telah jelas mendengar degupan itu bertasbih, maka ketika engkau berbicara, sebenarnya Akulah yang berbicara, dan ketika engkau memutuskan perkara, sebenarnya Akulah yang memutuskan.


(26)
Wahai hamba-Ku, jangan putus asa mengharap kasih sayang-Ku. Jangan bingung mengambil keputusan. Cobalah konfirmasikan dengan juru bicara-Ku yang berkantor dihati.


(27)
Wahai hamba-Ku bila engkau bersimpuh di kehadirattan-Ku, kuputus interdependensimu dengan alam ini. Lalu engkau tidak lagi tergantung kepada siapapun dan tidak membutuhkan apapun. Dan engkau tidak lagi bersukaria mendapat apapun, tidak lagi berduka cita kehilangan apapun.


(28)
Wahai hamba-Ku, ketika nafsumu membuat ulah atas dirimu, serahkan saja nafsumu kepada-Ku berikut segala ulahnya. Karena Aku sayang kepadamu, maka Akulah yang menjinakannya. Kalau tidak demikian, pertempuranmu dengan nafsumu tidak akan pernah berakhir.


(29)
Peta yang telah Kutitipkan kepadamu, harus selalu engkau lihat supaya jangan tersesat. Adapun Jalan dan lorong mana yang paling baik, silahkan pilih sendiri, disesuaikan dengan kondisimu. Yang penting jangan ditukar dengan apapun, karena tidak mungkin ada gantinya.


(30)
Wahai hamba-Ku, Aku tidak suka melihat kesombonganmu, karena engkau berhasil meraih sukes. Untuk itu hancurkanlah apa saja yang telah dibangun oleh tanganmu. Setelah itu, silahkan menghadap kepada-Ku dan tidak usah gelisah tanpa membawa prestasi apapun. Karena yang Ku periksa nanti adalah hanya kebaikan hatimu.


(31)
Wahai hamba-Ku, tidak mungkin terjadi dua orang bercakap-cakap, kecuali yang satu bicara dan yang lain diam. Bila diam semua berarti tidak ada komunikasi, bila serempak bicara semua berarti perang bicara. Oleh karena itu, diamlah wahai hamba-Ku, supaya engkau dapat mendengarkan percakapan-Ku.


(32)
Wahai hamba-Ku, ketika engkau melihat-Ku, berarti engkau berada di sisi-Ku. Tetapi bila engkau tidak melihat-Ku, berarti engkau berada pada dirimu. Dan ketika engkau masih melihat sesuatu selain Aku, berarti engkau belum melihatku. Tetapi ketika engkau sudah tidak lagi melihat apapun, selain Aku, berarti engkau benar-benar melihat-Ku.


(33)
Wahai hamba-Ku, bila engkau masih yakin punya kemampuan dan kekuatan, maka bila yang terjadi tidak sesuai dengan keinginanmu, engkau selalu menyalahkan Aku. Lalu sebaliknya, bila engkau berhasil, engkau tidak pernah berterimakasih kepada-Ku. Untuk itu, hancurkanlah kerajaan angan-anganmu dan binasakanlah segala kemampuan dan kekuatanmu. Setelah itu baru engkau tidak akan berani lagi bersaing melawan kekuasaan-Ku. Ketahuilah dan ingat selalu siapapun yang merasa punya kekuatan dan kemampuan, adalah pesaing-Ku.


(34)
Wahai hamba-Ku, serahkan saja kepada-Ku untuk memilihkan apa saja yang engkau inginkan, engkau tidak usah memilih, pasti akan Ku-pilihkan yang terbaik untukmu dan kelak engkau tidak akan Ku-tuntut. Tetapi bila engkau sendiri yang memilih, pasti akan Ku pertanyakan sebagai klarifikasi dalam pengadilan-Ku :”Mengapa engkau memilih itu?”.


(35)
Wahai hamba-Ku, ketahuilah bahwa sejak engkau telah melihat-Ku, apapun yang kau lihat selain Aku, adalah dosa-dosa. Terlebih lagi ketika engkau mengagumi, adalah merupakan penghianatan besar.


(36)
Wahai hamba-Ku, apabila engkau benar-benar telah mengenal Aku, maka jangan biarkan ada sesuatu yang terrangkut dalam fikiranmu, jangan biarkan ada yang menginap di dalam hatimu. Boleh, tapi hanya numpang lewat dan hanya sekejap.


(37)
Wahai hamba-Ku, mengapa engkau begitu lancang menuntut keadilan-Ku. Itu adalah kedurhakaanmu kepada-Ku, karena berarti engkau masih meragukan bahwa Aku Maha Adil. Kalau engkau menuntut keadilan-Ku, lalu Ku terapkan atas dirimu, pasti engkau binasa. Makanya yang Ku berlakukan atas dirimu adalah kasih sayang-Ku.


(38)
Wahai hamba-Ku, ketika engkau telah bersendiri, baru Aku datang mendampingimu.


(39)
Wahai hamba-Ku, engkau adalah makna alam yang paling penting, karena engkau ibaratnya ensiklopedia dan alam ini adalah halaman-halamanmu.


(40)
Wahai hamba-Ku, ketika Aku marah kepadamu, lalu Ku-beri sangsi dengan cobaan, itu adalah karena Aku cemburu kepadamu. Makanya Aku melarangmu jauh dari-Ku, supaya engkau selalu dekat dengan-Ku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar