Rabu, 18 Oktober 2017

Ayat untuk Ali Bin abi Thalib

Ayat untuk Ali Bin abi Thalib :

SURAT ALA'RAF

Allah menjadikan Ali dan keluarganya berada di jalan kebenaran:

وَمِمَّنْ خَلَقْنَا أُمَّةٌ يَهْدُونَ بِالْحَقِّ وَبِهِ يَعْدِلُونَ

Di antara yang kami ciptakan adalah sebuah umat yang membawa kebenaran dan bertindak adil dengannya. [1]

Rasulullah saw bersabda, "Umat ini akan terpecah menjadi 73 golongan. Tujuh puluh dua golongan akan masuk neraka, sedangkan satu golongan akan masuk surga. Mereka adalah engkau dan pengikutmu, wahai Ali, karena engkau tidak pernah berpisah dari kebenaran dan mereka tidak pernah berpisah darimu. Karena itu,  mereka senantiasa bersama kebenaran. [2]

Kemudian Allah menjadikan kecintaan kepada Ali sebagai pemberat neraca amal perbuatan manusia. Dia menyatakan bahwa tiada amal perbuatan yang berbobot, kecuali yang dilakukan dengan kecintaan kepada Ali, karena tidak ada nilai dan bobot (amal) bagi orang kafir dan munafik. Karena itu, hanya amal seorang mukmin yang mencintai Ali sajalah yang berbobot di hari penghitungan:

فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Adapun orang yang neraca amalnya berat dengan kecintaan kepada Ali: maka mereka adalah orang-orang yang beruntung.

وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَٰئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ

Sedangkan orang yang timbangan amalnya ringan, karena mengikuti musuh-musuh Ali: mereka adalah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri. [3]

Sebab, mereka telah berpaling dari jalur kebenaran dan menzalimi keluarga Muhammad serta pengikut mereka.

Allah lalu menjadikan para pengikut Ali sebagai (anggota) partai Nya dan para musuhnya sebagai partai setan. Dia berfirman kepada iblis:

لَمَنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ لَأَمْلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنْكُمْ أَجْمَعِينَ

Adapun orang yang mengikutimu, maka Aku akan memenuhi neraka dengan kalian semua. [4]

Ini dikarenakan keselamatan di akhirat hanya ditentukan dengan iman, dan tiada iman kecuali dengan mencintai Ali. Orang yang memiliki iman sempurna (dengan kecintaan kepada Ali), namun tidak melakukan sebagian furu'(cabang agama), dia tetap mendapatkan rahmat dan syafaat. Dia akan masuk surga karena termasuk pengikut partai Allah. Sedangkan orang yang tidak berwilayah kepada Ali, tidak akan tercakup dalam rahmat Allah dan beroleh murka Nabi saw. Dia akan masuk neraka karena menjadi bagian dari partai setan.

Allah lalu menyebutkan bahwa orang yang mendustakan wilayâh Ali as akan kekal dalam neraka:

وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُوا عَنْهَا أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ

Orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami, yakni Ali dan keluarganya, dan sombong terhadapnya,

هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

mereka adalah penghuni neraka dan kekal di dalamnya, [5] karena mereka tidak beriman, dan orang seperti ini kekal di neraka.

Allah memberikan berita gembira kepada para pecinta Ali bahwa mereka akan kekal di surga:

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ

Orang-orang yang beriman kepada Ali dan melakukan amal saleh di antara furu'uddin,

أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

mereka adalah penghuni surga dan kekal di dalamnya. [6] berkat iman dan amal saleh mereka.

Kemudian Allah menyebutkan bahwa orang-orang beriman akan memuji Tuhan mereka saat masuk surga, karena Dia telah membimbing mereka kepada kecintaan terhadap Ali:

وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَٰذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ ۖ

Mereka berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah membimbing kami ke jalan ini. Kami tidak akan mendapat petunjuk kalau bukan dengan bimbingan-Nya. [7]

Allah lalu menjadikan Ali sebagai muadzin (penyeru) [8] di hari kiamat, diantara surga dan neraka:

فَأَذَّنَ مُؤَذِّنٌ بَيْنَهُمْ

Kemudian berserulah seorang penyeru di antara mereka, yakni Ali,

أَنْ لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ

bahwa laknat (Allah) atas orang-orang zalim yang menghalangi manusia dari jalan Allah dan menghendaki kebengkokan di dalamnya. Yakni, mereka menghalangi manusia, di dunia, dari kecintaan terhadap Ali dan pengikutnya, serta mengajak mereka mengikuti musuh-musuh Ali:

وَهُمْ بِالْآخِرَةِ كَافِرُونَ

dan mereka mengingkari akhirat. [9]

Kemudian Allah menjadikan Ali dan keturunannya sebagai a'raf (orang-orang yang dikena). Tiada yang bisa melewati shirath kecuali bila dia mengenal mereka dan mereka mengenalnya:

وَعَلَى الْأَعْرَافِ رِجَالٌ يَعْرِفُونَ كُلًّا بِسِيمَاهُمْ

Di atas tempat-tempat tinggi itu ada orang-orang yang masing-masing dikenali dengan wajah-wajah mereka,  [10] yaitu Ali dan para imam dari keturunannya. [11]

Allah juga menjadikan orang yang mencintai Ali sebagai tanah yang baik dan musuhnya sebagai tanah yang buruk:

وَالْبَلَدُ الطَّيِّبُ يَخْرُجُ نَبَاتُهُ بِإِذْنِ رَبِّهِ ۖ

Tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh dengan subur dengan izin Allah.

Yakni, orang beriman menjadi baik dengan tauhid dan wilayah kepada Ahlul Bait. Hati dan amalnyapun baik:

وَالَّذِي خَبُثَ لَا يَخْرُجُ إِلَّا نَكِدًا ۚ

Sedangkan tanah yang buruk, maka tanamannya tumbuh merana. [12]

Yaitu, pada dasarnya dia sudah buruk, sehingga amal perbuatannya pun menjadi buruk. Kemudian, Allah berfirman:

كَذَٰلِكَ نُصَرِّفُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَشْكُرُونَ

Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kekuasaan Kami bagi kaum yang bersyukur. [13]

Yakni, mereka yang mengetahui karunia Allah atas mereka dan mengucapkan syukur kepada-Nya.

Lalu Allah menjadikan Muhammad dan Ali sebagai orang yang dimintai pertolongannya oleh setiap pendoa. Allah menceritakan tentang permohonan Musa:

رَبِّ أَرِنِي أَنْظُرْ إِلَيْكَ ۚ قَالَ لَنْ تَرَانِي

Wahai Tuhanku, perlihatkan diri-Mu kepadaku. Allah berfirman, "Engkau tidak dapat melihat-Ku." [14]

Kemudian Allah melanjutkan:

فَلَمَّا تَجَلَّىٰ رَبُّهُ

Ketika Tuhannya menampakkan diri-Nya. [15]

Penampakan (tajalli) hanya(mungkin oleh) sesuatu yang berbentuk, dan sesuatu yang berbentuk tentu bisa dilihat. Lalu, bagaimana sesuatu yang bisa dilihat tidak bisa dilihat?

Jawabannya adalah bahwa Allah menjadikan tajalli bagi tuhan, dan tuhan adalah sebutan bagi lebih dari satu. Maka, yang dimaksud di sini adalah dengan menghapus mudhafnya (kata Tuhan). Ini berarti, maknanya adalah" ketika cahaya keagungan dan kebesaran Allah ditampakkan"

Dan kebesaran serta keagungan (disini) adalah Muhammad dan Ali.

Karena itu, Amirul Mukminin berkata, "Akulah yang berbicara dengan Musa dari balik pohon, akulah cahaya itu. Yang ditampakkan kepada Musa hanyalah sebagian kecil dari cahaya itu." [16]

Ibnu Abbas berkata, "Cahaya itu adalah cahaya Muhammad"

Kemudian Allah berfirman:

سَأَصْرِفُ عَنْ آيَاتِيَ الَّذِينَ يَتَكَبَّرُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ

aku akan memalingkan wajah orang-orang yang menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar.

وَإِنْ يَرَوْا كُلَّ آيَةٍ لَا يُؤْمِنُوا بِهَا

Jika mereka melihat setiap tanda kekuasan-Ku berupa keluarga Muhammad saw mereka tidak beriman dengannya.

وَإِنْ يَرَوْا سَبِيلَ الرُّشْدِ لَا يَتَّخِذُوهُ سَبِيلًا

Bila mereka melihat jalan petunjuk, yaitu jalan keluarga Muhammad saw: mereka tidak menjadikannya sebagai jalan mereka.

Yang dikisahkan adalah Musa dan kaumnya, namun yang dimaksud adalah umat Muhammad. Karena itu, Allah berfirman:

ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا

Yang demikian itu karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami [17]

Yakni, mereka berpaling dari Ali dan keturunannya.

Allah kemudian menyebutkan permusuhan umat Muhammad saw terhadap khalifahnya. Dia mengisyaratkannya dengan kisah Musa dan kaumnya, serta ucapan Harun kepada saudaranya:

إِنَّ الْقَوْمَ اسْتَضْعَفُونِي وَكَادُوا يَقْتُلُونَنِي

Sesungguhnya kaum ini menganggapku lemah dan mereka hampir membunuhku [18]

Rasul saw pernah bersabda kepada saudaranya, Ali, "Kedudukan-mu di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa. " [19]

Maksudnya, engkau memiliki kedudukan yang sama dengan Harun, kecuali kenabian. Saat aku tiada, engkau akan mengalami kejadian seperti yang dialami Harun ketika saudaranya tiada.

Dalam ayat ini, terdapat bantahan dan pembenaran; bantahan bagi orang munafik yang mengatakan bahwa Ali mampu, tetapi dia tidak mengambil haknya dari Abu Bakar.[20] Pembenaran bagi orang mukmin, yang mengatakan bahwa Ali dalam keadaan mazlum dan sendiri. Bila mampu mengambil haknya kembali, dia pasti melakukannya, karena menentang imam maksum tidak dibolehkan.

Allah menyebut musuh Ali dengan sebutan anak sapi, yang disembah kaum Musa ketika dia tidak ada:

إِنَّ الَّذِينَ اتَّخَذُوا الْعِجْلَ سَيَنَالُهُمْ غَضَبٌ مِنْ رَبِّهِمْ

Sesungguhnya orang-orang yang menjadikan anak sapi sebagai sesembahan, yakni Abu Fashil, mereka akan mendapatkan murka dari Tuhan mereka," [21] karena mereka telah berpaling dari Amirul Mukminin.

Allah menyebut Ali sebagai cahaya yang diturunkan:

الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ

Orang-orang yang mengikuti nabi ummi...

وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ

dan mengikuti cahaya yang diturunkan bersamanya. [22]

Maksud cahaya itu adalah Amirul Mukminin Ali. [23]

Allah lalu menyebutkan bahwa musuh-musuh Ali, baik dari kalangan manusia ataupun jin, adalah penghuni neraka:

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ

Dan Kami akan memenuhi Jahanam dengan banyak jin dan manusia. [24]

Mereka ditempatkan di neraka, karena cahaya hidayah telah diperlihatkan, namun mereka tidak menerimanya:

لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ

mereka mempunyai hati yang tidak digunakan untuk berpikir, mata yang tidak digunakan untuk melihat, dan telinga yang tidak digunakan untuk mendengar. Mereka seperti hewan-hewan ternak, (dalam kesesatan  mereka,) bahkan lebih sesat. [25]

Sebab, mereka mempunyai akal sedangkan hewan tidak me milikinya.

Kemudian Allah menjadikan dia dan keturunannya sebagai Asma al-Husna:

وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا ۖ

Dan Allah memiliki Asma al-Husna, maka serulah Dia dengannya. [26]

Maksud Asma al-Husna adalah keluarga Muhammad saw [27]

Kemudian Allah berfirman:

وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ ۚ

Dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran ketika menyebut nama-nama-Nya. [27]

Yakni, mereka yang mengikuti orang-orang yang bukan merupakan imam yang sebenarnya:

سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

mereka akan diganjar sesuai dengan apa yang mereka lakukan (pada hari kiamat.)

Allah menjadikan Ali sebagai petunjuk dan memberitahu nabi-Nya bahwa mereka tidak akan sepakat dengannya:

وَإِنْ تَدْعُوهُمْ إِلَى الْهُدَىٰ لَا يَسْمَعُوا ۖ وَتَرَاهُمْ يَنْظُرُونَ إِلَيْكَ

Dan jika engkau menyeru mereka kepada petunjuk, mereka tidak akan mendengar dan kau lihat mereka hanya memandangmu dengan marah ketika engkau memuliakan Ali:

وَهُمْ لَا يُبْصِرُونَ

Padahal mereka tidak melihat [28] karena  kedengkian terhadap keutamaan Ali atas mereka.

Kemudian Allah menjadikan Ali dan keturunannya sebagai bintang- bintang petunjuk:

وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ النُّجُومَ لِتَهْتَدُوا بِهَا فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ

Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagi kalian supaya kalian terbimbing dengannya dalam kegelapan darat dan laut. [29]

Ibnu Abbas berkata, "Bintang-bintang itu adalah keluarga Muhammad"

Rasulullah saw bersabda " bintang bintang ( keluarga Muhammad ) adalah pelindung penghuni langit Dan Ahlulbait ku adalah pelindung penghuni bumi " [30]

Catatan akhir

[1] al-A'raf: 181

[2] Ta'wil al-Ayat, jil. I, hal. 190 hadis ke-38; Kitab Sulaim, hal. 169-332; al-Wasail, jil

XXVII, hal. 50 hadis ke-33180

[3] al-A'raf: 8-9

[4] al-A'raf: 18

[5] al-A'raf: 36

[6] al-A'raf: 42

[7] al-A'raf: 43.

[8] Sebagaimana diriwayatkan dari beliau as. Lihat: Ma'ani al-Akhbar, hal. 59 diriwayatkan dari Imam al-Baqir as. Lihat: Raudhah al-Waidhin, hal. 105

[9] al-A'raf: 44-45

[10] al-A'raf: 46

[11]  Abu Abdillah as berkata, "Ibnu Kawwa datang menemui Amirul Mukminin as dan bertanya, 'Apa makna ayat : Di atas tempat-tempat tinggi itu ada orang orang yang masing-masing dikenali dengan wajah mereka?" Beliau menjawab "Kamilah yang dimaksud dengan ayat ini. Kami mengenal para pengikut kamidengan wajah-wajah mereka. Allah tidak akan dikenal kecuali dengan mengenal kami. Tidak ada orang yang masuk surga, kecuali bila kami mengenalnya dan dia mengenal kami, dan tidak ada yang masuk neraka, kecuali orang yang kami tolak dan menolak kami. Bila Allah menghendaki, Dia dapat mengenalkan

diri-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Namun, Dia menjadikan kami sebagai pintu dan jalan menuju kepada-Nya. Barangsiapa berpaling dari kami atau mengutamakan orang lain di atas kami, maka dia tidak akan dapat melewati Sirath. Tidak sama antara orang yang mengambil air keruh dari sumber selain kami dengan orang yang mengambil air dari sumber kami yang jernih dan tiada habis-habisnya." (Syarh Ushul al-Kafi, jil. V, hal. 144)

[12] al-A'raf: 58

[13] al-A'raf: 58.

[14] al-A'raf: 142.

[15] al-A'raf: 143

[16] Majma' al-Nurain, Marandi, hal. 50

[17] al-A'raf: 146

[18] al-A'raf: 150. Lihat: Ma'ani al-Akhbar, jil. XXX; dan al-Mustadrak , jil. XI, hal. 73

[19] Mahasin al-Barqi, jil. I, hal. 159 hadis ke-97; al-Kafi, jil. VIII, hal. 107; Shahih Muslim, jil. VII, hal. 120

[20] Dalam al-Imamah wa al-Siyasah, Ibnu Qutaibah meriwayatkan, "Ali bin Abi Thalib berkata, 'Demi Allah, tidak pernah terlintas dalam benakku bahwa kaum Arablah yang menghalangiku. Tidak ada yang menghalangiku, kecuali perhatian orang-orang kepada Abu Bakar. Maka, aku menahan diri, meski aku melihat diriku lebih berhak dengan maqam Muhammad dari siapapun di dunia ini.. Aku khawatir bila aku tidak menolong Islam, maka akan terjadi kekacauan dalam tubuh Islam, dan musibahnya akan lebih besar dari kehilangan maqam khilafah yang hanya berlangsung sebentar saja."(al-Imamah wa al-Siyasah, jil. I, hal. 175 cet. Beirut tahun 1378 bab "Perang Shiffin")

[21] al-A'raf: 152

[22] al-A'raf: 157

[23] Imam al-Shadiq as berkata, "Maksud cahaya dalam ayat ini adalah Amirul Mukminin." (al-Kafi, jil. I, hal. 94 hadis ke-2).

[24] al-A'raf: 179

[25] al-A'raf: 179

[26] Rasul saw bersabda, "Ketahuilah bahwa Ali dan keturunannya adalah kalimat Allah yang tertinggi dan tali-Nya yang kokoh serta asma-asma-Nya. Perumpamaan mereka seperti kapal Nuh. Barangsiapa menaikinya, maka dia akan selamat." (Masyariq Anwar al-Yaqin, hal. 91) Amirul Mukminin as berkata Aku adalah Asma al-Husna yang Allah memerintahkan hamba-hamba untuk berdoa dengannya." (al-Masyariq hal. 268; Syarh Dua al-Jausyan dan al-Anwar al Nu'maniyah, jil. I, hal. 100) Imam al-Shadiq as berkata, "Kami adalah Asma al

Husna. Allah tidak akan menerima suatu amal apapun dari hamba-Nya kecuali dengan mengenal kami." (Ushul al-Kafi, jil. I, hal. 143; al-Tauhid, hadis ke-4; Tafsir Ayyasyi, jil. II, hal. 42 hadis ke-119; al-Burhan, jil. II, hal. 52) Riwayat senada juga driwayatkan dari Imam al-Baqir as. (Bihar al-Anwar, jil. XXV, hal. 4 hadis ke-7) Amirul Mukminin as berkata, "Aku lebih mengetahui jalur-jalur langit ketimbang jalur-jalur bumi. Kami adalah Asma al-Husna yang bila seseorang berdoa dengannya, maka Allah akan mengabulkannya. Kami adalah asma-asma yang tertulis di 'Arsy. Allah menciptakan langit, bumi, 'Arsy, Kursi, surga, dan neraka

karena kami. Para malaikat belajar bertasbih, tahmid, tahlil, dan takbir dari kami." (Bihar al-Anwar, jil. XXVII, hal. 38 hadis ke-5) Syaikh Mufid meriwayatkan ucapan Imam al-Ridha as, "Bila kalian ditimpa musibah, mintalah bantuan kepada Allah dengan perantaraan kami. Inilah makna dari firman Allah memiliki Asma al-Husna, maka serulah Dia dengannya." (al-Ikhtishash, hal. 252) Dalam Uyun Akhbar disebutkan bahwa Amirul Mukminin as melewati sebuah jalan, dan seorang penduduk Khaibar mengiringinya. Mereka kemudian sampai

di sebuah sungai yang deras. Orang Khaibar itu lalu menaiki sarung (pakaian)nya dan menyeberangi sungai. Dia lalu berkata kepada Amirul Mukminin as, "Wahai Fulan, kalau engkau memiliki hal yang sama denganku engkau pasti dapat menyeberangi sungai sepertiku." Imam as berkata Tetaplah di tempatmu." Kemudian, beliau memasukkan tangannya ke dalam air hingga air itu membeku dan beliau menyeberang di atasnya. Melihat

orang Khaibar itu menjatuhkan dirinya di hadapan kaki Imam dan bertanya Apa yang engkau katakan kepada air ini, sehingga ia membeku?" "Apa yang kau katakan, sehingga kau bisa menyeberang?" tanya Imam as. "Aku berdoa kepada Allah dengan asma-Nya." "Apa asma itu?" "Aku berdoa dengan nama Washi Muhammad." "Akulah washi Muhammad," kata Imam as. Orang Khaibar itu lalu berkata, "Benar apa yang kau katakan." Dia pun lalu masuk Islam.

(Masyariq Anwar al-Yaqin, hal. 172-173) Kisah yang senada adalah apa yang terjadi antara Amirul Mukminin as dengan Ammar, ketika mengubah batu menjadi emas hingga Imam berkata, "Berdoalah kepada Allah dengan namaki sampai emas ini menjadi lunak, karena Allah melunakkan besi di tangan Daud dengan namaku." (Masyariq Anwar al-Yaqin, hal. 173) Beliau juga berkata, "Segala sesuatu tercipta dengan namaku." (Masyariq Anwar al-Yaqin, hal. 159) Hal ini diperkuat fakta bahwa mereka adalah kekuasaan Allah, seperti yang diriwayatkan dari Imam al-Shadiq as. (al-Hidayah al-Kubra, hal. 434) Kaf'ami dalam Doa Najah meriwayatkan, "Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan asma-Mu yang terbesar, yang langit dan bumi tegak berdiri dengannya, dan dengannya Engkau menghidupkan orang mati serta memberikan rezeki kepada orang yang hidup." (al-Balad al-Amin, jil. XVII; Bihar al-Anwar, jil. LXXXVI, hal 75 hadis ke-10) Dalam al-Mishbah disebutkan doa Imam al-Shadiq as, "Ya Allah aku memohon kepada-Mu dengan asma-Mu, yang dengannya Engkau ciptakan berbagai keajaiban semesta, dengan kedermawanan keindahan wajah-Mu dan aku memohon kepada-Mu dengan asma-Mu, yang dengannya Engkau ber-tajalli kepada Musa di atas gunung. Ketika cahaya tersingkap dari balik hijab keagungan-Mu, Engkau teguhkan makrifah-Mu dalam hati 'urafa dengan makrifat tauhid-Mu ( misbah al-Mutahajjid hal. 301) diriwayatkan dari amirul Mukminin as, "Aku memohon kepada-Mu dengan asama Mu yang dengannya Engkau menjaga gunung berada di atas kepala mereka seperti peneduh bagi mereka." (al-Duru' al-Waqiyah, Ibnu Thawus, hal. 238; Bihar, XCVII, hal. 218) Dalam doa harian disebutkan, "Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan Asma-Mu, yang Kau jalankan takdir dengannya, dan yang dengannya orang dapat berjalan di permukaan air, seperti berjalan di atas bumi. Aku memohon kepada Mu dengan asma-Mu, yang membuat kaki para malaikat bergetar (Al dad al-Qawiyah, Hilli, hal. 305, Bihar, XCVII, hal. 283)

[27] al-A'raf: 180

[28] al-A'raf: 198

[29] al-A'raf: 97

[30] Uyun Akhbar al-Ridha, jil. I, hal. 530; Yanabi' al-Mawaddah, jil. I, hal. 71; Manaqib al-Imam Ali as, jil. I, hal. 343. Hakim meriwayatkan hadis ini dan berkomentar Ini adalah hadis sahih yang diriwayatkan Ibnu Abbas dari Rasul saw dengan redaksi demikian, 'Bintang-bintang adalah pelindung penghuni bumi supaya mereka tidak tenggelam, sedangkan Ahlul Baitku adalah pelindung umatku dari perpecahan. Bila ada satu kabilah Arab yang menentang Ahlul Baitku mereka akan bertikai dan menjadi pengikut partai setan.'" (Mustadrak al Shahihain, jil. III, hal. 149; Manaqib Ahlul Bait dari kitab al-Ma'rifah dan Kanzal Ummal, jil. XII, hal. 102 hadis ke-34189) Hakim juga meriwayatkan dari Muhammad bin Munkadir, dari ayahnya, dari Nabi saw dalam hadisnya tentang shalat, "...Kemudian Nabi saw mengangkat kepalanya ke langit dan bersabda Bintang-bintang adalah pelindung penghuni langit. Bila bintang-bintang telah menghilang, maka sesuatu yang telah dijanjikan kepada mereka akan datang Aku adalah pelindung para sahabatku. Bila aku meninggal, maka sesuatu yang Dijanjikan kepada mereka akan datang. Ahlul Baitku adalah pelindung penghuni bumi. Bila Ahlul Baitku telah pergi, maka sesuatu yang dijanjikan kepada mereka akan datang menimpa." (Mustadrak al-Shahihain, jil. III, hal. 457 bab Keutamaan Munkadir") Ibnu Mudhaffar meriwayatkan dari Anas, dari Nabi saw, "Bintang adalah pelindung penghuni langit dan Ahlul Baitku adalah

pelindung penghuni bumi. Bila Ahlul Baitku telah pergi, maka penduduk bumi akan didatangi sesuatu yang diancamkan kepada mereka." (Jawahir al-Aqdain hal. 259 bab ke 5 ) amirul mukminin as berkata " ketahuilah  perumpamaan keluarga Muhammad saw seperti bintang-bintang di langit. Bila satu bintang tenggelam, maka akan muncul bintang lain." (Syarh Nahj al-Balaghah jil VII hal. 84 khutbah ke 99 )

Imam hasan as dalam khutbah pertamanya setelah dibaiat berkata, "Kami adalah para imam muslimin dan hujah Allah di semesta. Kami adalah pelindung penghuni bumi sebagaimana bintang adalah pelindung penghuni langit berkat kami , hujan turun atas kalian dan bumi mengeluarkan berkahnya semua penghuninya." (Ahlul Bait, Taufiq, hal. 73) Imam al-Baqir as berkata kami adalah pelita bagi orang yang mencari penerang ; kami adalah jalan bagi orang yang mengikuti kami dan berkat kamilah Allah menurunkan rahmat Nya atas kalian berkat kami Dia menurunkan hujan dan melindungi kalian dari azab " ( faraid al simthain jil II Hal. 254 hadia ke 523)  Dalam sebuah riwayat disebutkan " kami adalah pelindung penghuni langit dan bumi Bila bukan karena kami niscaya bumi akan menelan penghuni nya  (Masyariq Anwar al-Yaqin, hal 56)

Dailami  meriwayatkan dari Laits, "Allah mencegah hujan dan turunnya berkah kepada umat ini karena mereka membenci Ali bin Abi Thalib." (al Firdaus, jil. I, hal. 344 hadis ke-1374 cet. Dar al-Kutub dan hal. 421 hadis ke-1380 cet. Dar al-Kitab al-Arabi)

Mereka berada di puncak kesempurnaan

Merekalah pemilik pengetahuan dan kemuliaan

Mereka adalah bahtera penyelamat

Saat ombak kesesatan mengguncang umat

Merekalah pelindung dari tenggelam

Dan benteng umat dari kesukaran

(Rasyfah al-Shadi, hal. 5 cet. Beirut)

Suatu hari, Rasul saw menggandeng tangan al-Hasan dan al-Husain, lalu bersabda, "Aku adalah utusan Allah, dan dua anak ini adalah cucuku dan cahaya mataku. Barangsiapa mencintai mereka, ayah, dan ibu mereka, akan bersamaku di hari kiamat kelak. Allah telah mengutus 124 ribu nabi dan tanpa bermaksud sombong-aku adalah yang paling mulia di antara mereka  Ali juga yang paling utama di antara 124 ribu washi. Kelak, Allah akan membangkitkan orang-orang yang wajah mereka bersinar bak cahaya dan berpakaian dari cahaya, yang akan berada di bawah naungan 'Arsy. Mereka sederajat dengan para nabi, walaupun mereka bukan nabi, dan sederajat dengan para syuhada, walaupun mereka bukan syuhada." Salah seorang sahabat bertanya, "Apakah aku termasuk di antara mereka, wahai Rasulullah?" "Tidak," jawab Rasul. Orang lain berkata, "Aku termasuk dari mereka?" Beliau berkata, "Engkau juga bukan di antara mereka." "Lalu, siapakah mereka, wahai Rasulullah?" Beliau lalu meletakkan tangannya di atas pundak Ali dan berkata, Mereka adalah Ali dan pengikutnya. Ketahuilah bahwa Ali dan keturunannya adalah kalimat Allah yang tertinggi dan asma-Nya. Perumpamaan mereka seperti bahtera Nuh, barangsiapa menaikinya, maka dia akan selamat, dan yang meninggalkannya akan binasa. Mereka ibarat bintang-bintang di tengah umatku. Setiap kali satu bintang tenggelam, maka akan muncul bintang yang lain. Ketahuilah bahwa Islam dibangun di atas lima hal; yaitu shalat, zakat puasa, haji, dan wilayah Ali bin Abi Thalib. Seseorang tidak akan masuk surga hingga dia mencintai Allah, Rasul Nya, dan Ali bin Abi Thalib serta keluarganya. (Masyariq, hal. 91, Bihar al-Anwar, jil. XXIII, hal. 125 hadis ke-53 dan jil. LXVIII, hal. 376 hadis ke-22)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar