Lik Ganep Lik Ganjil #3
Bancakan Weton.
Mas Al Ghazali, putra dari pak kepala dukuh desa kami, seorang MTA alias mahasiswa tingkat akhir fakultas teologi sebuah universitas ternama di Jogja. Sering kali meluangkan waktu duduk sarasehan dengan mbah Karsa Sentana untuk berbagi pemikiran dan ngangsu-kaweruh. Dari bab bertani, menderes manggar sampai proses pembuatan gula kelapa. Sekali dua juga membahas soal tradisi leluhur.
Seperti kali ini malem jum'ad legi, mbah Karsa mengadakan bancaan weton untuk Lik Ganjil kembaran Lik Ganep yg merantau jauh di pedalaman Sambas menunaikan baktinya sebagai guru di sebuah SD negeri.
" bancaan sinten mbah ? " begitu tanya mas Al yg sudah tak asing dengan serangkai sesaji di atas sebuah lincak bambu dalam bilik rumah mbah Karsa. Tumpeng kecil berikut uraban tujuh macam sayur sayuran, tujuh telor ayam kampung rebus, 7 macam bubur dlm takir kecil, tujuh macam jajanan pasar, tak ketinggalan kembang setaman.
mbah Karsa bertutur dengan nastiti;
" Likmu Ganjil minta kiriman doa, akhir akhir ini banyak siswa yg diwulang di sekolahnya agak dendeng dan silih berganti ijin karna sakit bahkan bulan ini ia kehilangan dua siwanya yg meninggal karena serangan demam. "
" hal seperti itu kan tidak semata urusan lik Ganjil to mbah ? Tugas guru kan mengajar ? "
"Betul nakmas, tapi ini hal tanggungjawab hamemayu. Memohon keselamatan bagi orang orang yg berhak memperoleh asuhan dan pengayoman kemudian barulah diri sendiri merasa tentram."
" anu mbah.... mohon sekali waktu panjenengan medar bab sesaji ini mbah ! "
Mbah Karsa menghela nafas, tubuhnya yg sedikit bungkuk karna usia ditariknya ke belakang bersandar ke sebuah korsi rotan.
Sorot matanya menajam seperti hendak membelah langit langit rumahnya yg dianyam dari batang bambu.
"Apa kira-kira nakmas Al masih mempercayai hal hal seperti ini ? Sekolah nakmas sudah tinggi, bab agama jauh lebih maju daripada mbah yg alif bengkok saja tidak paham? "
to be....sesokmaning.
Wahyu Sunarto 17.09.2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar