Lik Ganep Lik Ganjil #7
" ketipak- ketipak -- ndibleng-ndibleng......ketipak-ndibleng...ndibleng.....ketipak-pak ndibleng. wuahaa ha ha ha ha ha....ndibleng, ndibleng........ndibleng-ndibleng----------ketipak. ndibleng ndibleng ndibleng....wuaahaa ha ha ha ha.....ha ha ha ha......."
Plataran rumah model kampungan dengan dinding dinding anyaman bambu.
Kali kecil berikut sekawanan bebek dan angsa.
Pohon bendho ukuran raksasa menaungi batu batu nisan kuburan desa.
Pada sore yg hampir merapat senja.
Panggung alam mementaskan teater, " Siwa Reja ngudang cucu "
" ya -- mbah Reja lazlm dipanggil dengan sebutan "wa" . siwa yg artinya pak dhe."
Irama akapela berpadu dengan tawanya yg khas, orang desa kami menyerupakan tawa wa Reja dengan ringkikan burung puter.
Membopong cucu, mengayun --- tiga lankah kedepan, selangkah mudur sambil mengayun dalam kesimbangan yg sempurna. Puja puji dan kata kata harapan terlontar diiring derai tawa dan musik akapela.
Tak ada raut wajah melankolia pada lelaki perawakan kecil ini. "Sosok tunaNetra manusia puisi. "
bersambung....
Wahyu Sunarto 25.09.2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar