#Ali Antoni
Seperti yg pernah sy ceritakan. Sejak kecil sy di-didik dalam lingkaran yg tdk fanatik dalam satu golongan.
Ayah NU, tp saya ngaji di ustadz 'Muhammadiyah'.
Kenapa saya kasih tanda kutip, krn tdk jelas ke-Muhammadiyah-annya.
Taraweh 11 plus witir, tapi habis sholat wirid plus dzikiran ala NU dipakai. Habis adzan ada puji2an juga. Ada bedug juga. Cuma silatnya tapak suci bukan pagar nusa.
Kelak ketika saya cari lebih dalam, gejala ini disebut hibrid, alias ruang ketiga. Kelak sikap ini menjadi solusi utk mengatasi ashabiyah.
Tapi pada tulisan ini saya mau menyampaikan hal dasar dulu tentang gejala ashabiyah yg laten tak terasa pernah mengidap diri saya.
Semoga kawan2 tidak memilikinya.
Ashabiyah seperti yg kita ketahui adalah kebanggaan pada kelompok secara berlebihan.
Mengapa ashabiyah ini perlu kita bahas? Karena Rasulullah menegaskan bahwa para pembawa bendera ashabiyah bukanlah termasuk umat beliau.
“Bukan termasuk golongan kami orang yang mengajak kepada ashabiyah, bukan termasuk golongan kami orang yang berperang karena ashabiyah dan bukan termasuk golongan kami orang yang mati karena ashabiyah.”
Demikian Sabda Nabi.
Kenapa Rasululullah membenci ashabiyah? Karena sikap ini membuat seseorang bangga buta pada kelompoknya dan meremehkan orang di luar kelompoknya.
Kalau secara ideologi, sikap ini bisa membuat seseorang atau kelompok memaksakan kehendak dan kepentingannya.
Lalu bagaimana bentuk ashabiyah scr laten?
Tunggu seri dua seri postingan ini.
##
Tidak ada komentar:
Posting Komentar